MeTaLoYaL

tHe diFFErent isnt AlwaYz better But THE besT is always Different..

Tuesday, May 22, 2018

SAHIH BUKHARI 6567 (7096) - FITNAH BERGELORA, 'UMAR PINTUNYA

(17)
بَابُ الفِتْنَةِ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ البَحْرِ
Bab Fitnah Yang Bergelora Seperti Bergeloranya Lautan
Chapter: Al-Fitnah that will move like the waves of the sea



وَقَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ خَلَفِ بْنِ حَوْشَبٍ كَانُوا يَسْتَحِبُّونَ أَنْ يَتَمَثَّلُوا بِهَذِهِ الْأَبْيَاتِ عِنْدَ الْفِتَنِ
قَالَ امْرُؤُ الْقَيْسِ الْحَرْبُ أَوَّلُ مَا تَكُونُ فَتِيَّةً
تَسْعَى بِزِينَتِهَا لِكُلِّ جَهُولِ
حَتَّى إِذَا اشْتَعَلَتْ وَشَبَّ ضِرَامُهَا
وَلَّتْ عَجُوزًا غَيْرَ ذَاتِ حَلِيلِ
شَمْطَاءَ يُنْكَرُ لَوْنُهَا وَتَغَيَّرَتْ
مَكْرُوهَةً لِلشَّمِّ وَالتَّقْبِيلِ

Sahih Bukhari No. 6567
Sahih Bukhari No. 7096 (Fu'ad Abdul Baqi)



حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا شَقِيقٌ


 سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ يَقُولُ


 بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ عُمَرَ إِذْ قَالَ أَيُّكُمْ يَحْفَظُ قَوْلَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتْنَةِ

 قَالَ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ

قَالَ لَيْسَ عَنْ هَذَا أَسْأَلُكَ وَلَكِنْ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ

قَالَ لَيْسَ عَلَيْكَ مِنْهَا بَأْسٌ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا

 قَالَ عُمَرُ أَيُكْسَرُ الْبَابُ أَمْ يُفْتَحُ

 قَالَ بَلْ يُكْسَرُ

 قَالَ عُمَرُ إِذًا لَا يُغْلَقَ أَبَدًا

 قُلْتُ أَجَلْ

 قُلْنَا لِحُذَيْفَةَ أَكَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ الْبَابَ

 قَالَ نَعَمْ كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ لَيْلَةً وَذَلِكَ أَنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَهُ مَنْ الْبَابُ

 فَأَمَرْنَا مَسْرُوقًا فَسَأَلَهُ فَقَالَ مَنْ الْبَابُ

 قَالَ عُمَرُ


Telah menceritakan kepada kami [Umar bin Hafsh bin Ghiyats] telah menceritakan kepada kami [Ayahku] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy

telah menceritakan kepada kami [Syaqiq

Aku mendengar [hudzaifah] menuturkan; 

ketika kami duduk-duduk bersama Umar, tiba-tiba ia bertanya; 'Siapa diantara kalian yang menghafal sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang fitnah? ' 

maka hudzaifah menjawab; 'Fitnah seseorang di keluarganya, hartanya dan anaknya serta tetangganya boleh terhapus oleh solat, sedekah, dan amar ma'ruf nahi mungkar.' 

Umar berkata; 'Bukan tentang ini yang aku tanyakan kepadamu akan tetapi tentang (fitnah) yang bergelombang seperti gelombang lautan.' 

hudzaifah berkata; 'kamu tidak akan terjejas dengan fitnah itu ya amirul mukminin, sebab antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu tertutup.' 

Umar bertanya; 'Apakah pintunya dipecahkan atau dibuka? ' 

hudzaifah menjawab; 'bahkan di pecahkan.' 

Maka Umar berkata; 'kalau begitu tidak akan ditutup selama-lamanya.' 

aku menjawab; 'Betul.' 

kami bertanya kepada hudzaifah; 'Apakah Umar mengetahui pintu itu? ' 

hudzaifah menjawab; 'Ya, sebagaimana kita mengetahui bahawa sebelum esok, mesti ada malam ini dahulu, yang demikian itu kerana aku menceritakan Hadis kepadanya dengan tanpa kekeliruan, maka kami khuatir untuk menanyakan kepada Umar siapa pintu sebenarnya.' 

lalu kami perintahkan kepada Masruq untuk bertanya kepada hudzaifah; (siapakah pintu itu), 

hudzaifah menjawab; 'Umar.'



Narrated Shaqiq:

I heard Hudhaifa saying, "While we were sitting with `Umar

he said, 'Who among you remembers the statement of the Prophet (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) about the afflictions?' 

Hudhaifa said, "The affliction of a man in his family, his property, his children and his neighbors are expiated by his prayers, Zakat (and alms) and enjoining good and forbidding evil." 

`Umar said, "I do not ask you about these afflictions, but about those afflictions which will move like the waves of the sea." 

Hudhaifa said, "Don't worry about it, O chief of the believers, for there is a closed door between you and them." 

`Umar said, "Will that door be broken or opened?" 

I said, "No. it will be broken." 

`Umar said, "Then it will never be closed," 

I said, "Yes." 

We asked Hudhaifa, "Did `Umar know what that door meant?" 

He replied, "Yes, as I know that there will be night before tomorrow morning, that is because I narrated to him a true narration free from errors." 

We dared not ask Hudhaifa as to whom the door represented so we ordered Masruq to ask him what does the door stand for? 

He replied, "`Umar."

In-book reference : Book 92, Hadith 47
USC-MSA web (English) reference : Vol. 9, Book 88, Hadith 216
(deprecated numbering scheme)


Hadis Penguat :



******************************************************************************

Oleh

Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

Munculnya fitnah pada zaman Sahabat Radhiyallahu anhum terjadi setelah terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu; masa sebelum wafat beliau ibarat sebuah pintu yang terkunci dari berbagai fitnah. Ketika beliau Radhiyallahu anhu terbunuh, muncullah berbagai fitnah yang besar, dan muncullah orang-orang yang berseru kepadanya (fitnah) dari kalangan orang yang belum tertanam keimanan dalam hatinya, dan dari kalangan orang-orang munafik yang sebelumnya menampakkan kebaikan di hadapan manusia, padahal mereka menyembunyikan kejelekan dan makar terhadap agama ini.

Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, bahwasanya ‘Umar Radhiyallahu anhu berkata:

أَيُّكُمْ يَحْفَظُ قَوْلَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتْنَةِ؟ فَقَالَ حُذَيْفَةُ: أَنَا أَحْفَظُ كَمَا قَالَ. قَالَ: هَاتِ؛ إِنَّكَ لَجَرِيءٌ. قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَـارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ، قَالَ: لَيْسَتْ هَذِهِ وَلَكِنِ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ. قَالَ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ! لاَ بَأْسَ عَلَيْكَ مِنْهَا، إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا. قَالَ: يُفْتَحُ الْبَـابُ أَوْ يُكْسَرُ؟ قَالَ: لاَ، بَلْ يُكْسَرُ. قَالَ ذَلِكَ أَحْرَى أَنْ لاَ يُغْلَقَ. قُلْنَا: عُلِمَ الْبَابُ؟ قَالَ نَعَمْ، كَمَا أَنَّ دُونَ غَدٍ اللَّيْلَةَ إِنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِاْلأَغَالِيطِ. فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَهُ، وَأَمَرْنَا مَسْرُوقًا، فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: مَنِ الْبَابُ؟ قَالَ: عُمَرُ.

“Siapakah di antara kalian yang hafal sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang fitnah?” Lalu Hudzaifah berkata, “Aku hafal seperti yang beliau sabdakan.” (‘Umar) berkata, “Kemarilah, engkau memang berani.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Fitnah seorang laki-laki (yang ada) pada keluarganya, hartanya, dan tetangganya, bisa dihapus dengan shalat, shadaqah, dan amar ma’ruf nahi munkar.” Beliau (‘Umar) berkata, “Bukan yang ini, akan tetapi yang bergelombang seperti gelombang ombak di lautan.” Dia (Hudzaifah) berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Hal itu tidak jadi masalah bagimu, sesungguhnya di antara engkau dengannya ada pintu yang tertutup.” Beliau (‘Umar) bertanya, “Pintu itu dibuka atau dirusak?” Dia menjawab, “Tidak, bahkan dirusak.” Beliau berkata, “Pintu itu pantas untuk tidak ditutup.” Kami (Syaqiq) bertanya, “Apakah beliau tahu apakah pintu itu?” Dia menjawab, “Betul, sebagaimana (dia tahu) bahwa setelah esok hari ada malam, sesungguhnya aku meriwayatkan hadits dan bukan cerita bohong.” Lalu kami sungkan untuk bertanya kepadanya, dan kami memerintahkan Masruq agar ia bertanya kepada beliau, lalu dia berkata, “Siapakah pintu itu?” Dia (Hudzaifah) menjawab, “‘Umar.”[1]

Itulah yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Umar telah ter-bunuh, pintu telah dirusak, muncullah berbagai fitnah dan terjadilah banyak musibah. Fitnah yang pertama kali muncul adalah terbunuhnya Khalifatur Rasyid, Dzun Nuraini, ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu oleh para penyeru kejelekan, yang berkumpul untuk menghadapinya dari Irak dan Mesir. Mereka memasuki Madinah dan membunuhnya sementara beliau berada di rumahnya Radhiyallahu anhu.[2]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada ‘Utsman bahwa musibah akan menimpa-nya, karena itulah beliau bersabar dan melarang para Sahabat agar tidak memerangi orang-orang yang membangkang kepadanya, sehingga tidak ada pertumpahan darah karenanya Radhiyallahu anhu.[3]

Dijelaskan dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, ia berkata:

خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَـى حَائِطٍ مِنْ حَوَائِطِ الْمَدِينَةِ… فَجَاءَ عُثْمَـانُ، فَقُلْتُ: كَمَا أَنْتَ؛ حَتَّى أَسْتَأْذِنَ لَكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ مَعَهَا بَلاَءٌ يُصِيبُهُ.

“Pada suatu hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dari kebun-kebun Madinah… lalu datang ‘Utsman, aku berkata, ‘Tunggu dulu! Sehingga aku memohon izin (kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) untukmu,’ kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Izinkanlah ia, berilah kabar kepadanya dengan Surga, bersamanya ada musibah yang menimpanya.’”[4]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan ‘Utsman dengan menyebutkan musibah yang akan menimpanya, padahal ‘Umar pun meninggal dengan terbunuh. Hal itu karena ‘Umar tidak mendapatkan cobaan sebesar yang didapatkan oleh ‘Uts-man; berupa sikap kaumnya yang lancang dan memaksanya untuk melepaskan jabatan kepemimpinan atas tuduhan kezhaliman dan ketidakadilan yang dinisbatkan kepadanya, dan ‘Utsman memberikan penjelasan yang lugas serta bantahan atas pernyataan-pernyataan mereka.[5]

Dengan terbunuhnya ‘Utsman Radhiyallahu anhu kaum muslimin menjadi berkelom-pok-kelompok, terjadilah peperangan antara para Sahabat, berbagai fitnah dan hawa nafsu menyebar, banyaknya pertikaian, pendapat menjadi berbeda-beda, dan terjadilah berbagai pertempuran yang membinasakan pada zaman Sahabat Radhiyallahu anhum. Sebelumnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengetahui fitnah yang akan terjadi pada zaman mereka. Dijelaskan dalam sebuah hadits:

فَإِنَّهُ أَشْـرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ، فَقَالَ: هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ قَالُوْا: لاَ. قَالَ: فَإِنِّي لأَرَى الْفِتَنَ تَقَعُ خِلاَلَ بُيُوتِكُمْ كَوَقْعِ الْقَطْرِ.

“(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) pernah memperhatikan sebuah bangunan tinggi dari beberapa bangunan tinggi di Madinah, lalu beliau berkata, ‘Apakah kalian melihat fitnah yang aku lihat?’ Para Sahabat menjawab, ‘Tidak.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya aku melihat fitnah-fitnah terjadi di antara rumah-rumah kalian bagaikan kucuran air hujan.’”[6]

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Penyerupaan dengan kucuran air hujan terjadi pada sesuatu yang banyak dengan cakupannya yang umum, artinya fitnah tersebut banyak dan tidak khusus menimpa satu kelompok. Ini merupakan isyarat adanya peperangan yang terjadi antara mereka, seperti perang Jamal, Shiffin, Hurrah (daerah berbatu), pembunuhan ‘Utsman dan al-Husain Radhiyallahu anhuma… dan yang lainnya. Hadits tersebut juga menunjukkan adanya mukjizat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang nampak.[7]

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote

[1] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Manaaqib, bab ‘Alaamatun Nubuwwah (VI/603-604, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/ 16-17, Syarh an-Nawawi).
[2] Lihat perincian peristiwa itu dalam kitab al-Bidaayah wan Nihaayah (VII/170- 191).
[3] Lihat al-‘Awaashim minal Qawaashim (hal. 132-137) tahqiq dan ta’liq Muhibbuddin al-Khatib.
[4] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab al-Fitnah allati Tamuuju ka Maujil Bahri (XIII/48, al-Fat-h).
[5] Lihat Fat-hul Baari (XIII/51).
[6] Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah.
[7] Syarh Muslim, karya an-Nawawi (XVIII/8).



No comments:

Post a Comment