مسند الكوفيين
مسند أحمد ١٨٩٠٩
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ ثَنَا شُعْبَةُ عَن زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ قَالَ حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ قَوْمِي قَالَ شُعْبَةُ قَدْ كُنْتُ أَحْفَظُ اسْمَهُ قَالَ كُنَّا عَلَى بَابِ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ نَنْتَظِرُ الْإِذْنَ عَلَيْهِ فَسَمِعْتُ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَاءُ أُمَّتِي بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ قَالَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الطَّاعُونُ قَالَ طَعْنُ أَعْدَائِكُمْ مِنْ الْجِنِّ وَفِي كُلٍّ شَهَادَةٌ قَالَ زِيَادٌ فَلَمْ أَرْضَ بِقَوْلِهِ فَسَأَلْتُ سَيِّدَ الْحَيِّ وَكَانَ مَعَهُمْ فَقَالَ صَدَقَ حَدَّثَنَاهُ أَبُو مُوسَى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ قَالَ ثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّهْشَلِيُّ قَالَ ثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلَاقَةَ عَن أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ خَرَجْنَا فِي بِضْعَ عَشْرَةَ مِنْ بَنِي ثَعْلَبَةَ فَإِذَا نَحْنُ بِأَبِي مُوسَى فَإِذَا هُوَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فَنَاءَ أُمَّتِي فِي الطَّاعُونِ فَذَكَرَهُ
KITAB MUSNAD PENDUDUK KUFAH
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, ia berkata: "Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ziyad bin 'Ilaqah berkata: "Telah menceritakan kepadaku seorang pemuda dari kaumku, -Syu'bah berkata: "Sungguh aku telah menjaga namanya- ia berkata: "Kami menemui Utsman Radhiyallahu'anhu menunggu izin darinya, lalu aku mendengar Abu Musa Al Asy'ari mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kebinasaan umatku ada pada tha'n tikaman dan tha'un wabah." Ia (Abu Musa) berkata: kami bertanya: "Wahai Rasulullah, tikaman (pembunuhan) kami telah mengetahuinya, lalu apa yang disebut dengan Tha'un? Rasulullah bersabda: "Yaitu tikaman dari musuh-musuh kalian dari golongan jin dan keduanya adalah dihitung kesyahidan." Ziyad berkata: "Maka aku belum rela dengan perkataannya, lalu aku tanyakan pada Sayyid Al Hayyi sedang ia bersama mereka, maka ia berkata membenarkannya. Abu Musa telah menceritakannya pada kami. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Bukair berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Bakar An Nahsyaly berkata: telah bercerita pada kami Ziyad bin 'Ilaqah dari Usamah bin Syarik berkata: "Kami pergi bersama beberapa puluh orang dari Bani Tsa'labah sedang bersamaku ada Abu Musa dan ia sedang menyebutkan sebuah hadis dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: "Ya Allah, jadikanlah kebinasaan umatku dengan tikaman(pembunuhan) dan wabah." Lalu ia menyebutkan hadis tersebut.
ISNAD SAHIH MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH********************************************************************************
مسند الكوفيين
مسند أحمد ١٨٧٠٧
KITAB MUSNAD PENDUDUK KUFFAH
Telah menceritakan kepada kami
Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami
Sufyan dari
Ziyad bin Ilaqah dari seorang laki-laki dari
Abu Musa ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kehancuran umatku adalah karena Tha'n (fitnah) dan Tha'uun." Kemudian ditanyakanlah, "Wahai
Rasulallah, mengenai Ath Tha'n kami telah mengetahuinya, namun apakah yang dimaksud dengan Tha'un?" Beliau menjawab: "Tikaman musuh kalian dari golongan jin. Dan keduanya termasuk mati syahid."
**************************************************************************
مسند المكيين
مسند أحمد ١٥٠٥٥
KITAB MUSNAD PENDUDUK MAKKAH
****************************************************************************
مسند الشاميين
حديث أبي بردة بن قيس أخي أبي موسى الأشعري رضي الله
مسند أحمد ١٧٣٨٦
KITAB MUSNAD PENDUDUK SYAM
Telah menceritakan kepada kami
Affan telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad telah menceritakan kepada kami
Ashim Al Ahwal telah menceritakan kepada kami
Kuraib bin Al Harits bin Abu Musa dari
Abu Burdah bin Qais saudaranya
Abu Musa, ia berkata: "
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: "ALLAHUMMAJ'AL FANAA`A UMMATII QATLAN FI SABIILIK BITHTHA'N WATH THA'UUN (Ya Allah, jadikanlah kamatian umatku adalah mati di jalan-Mu, baik dengan tikaman senjata atau karena penyakit tha'un)."
*************************************************************************
مسند البصريين
حديث أبي عسيب رضي الله تعالى عنه
مسند أحمد ١٩٨٣٩
حَدَّثَنَا يَزِيدُ حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ عُبَيْدٍ أَبُو نُصَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَسِيبٍ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام بِالْحُمَّى وَالطَّاعُونِ فَأَمْسَكْتُ الْحُمَّى بِالْمَدِينَةِ وَأَرْسَلْتُ الطَّاعُونَ إِلَى الشَّامِ فَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِأُمَّتِي وَرَحْمَةٌ لَهُمْ وَرِجْسٌ عَلَى الْكَافِرِينَ
KITAB MUSNAD PENDUDUK BASHRAH
Bab Hadits
Abu 'Asib Radliyallahu ta'ala 'anhu
Telah menceritakan kepada kami
Yazid telah menceritakan kepada kami
Muslim bin Ubaid Abu Nushairah ia berkata: aku mendengar
Abu 'Asib bekas budak Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam, ia berkata:
Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Jibril 'alaihis salam datang kepadaku membawa demam dan tha'un (kolera), maka aku tahan demam di Madinah, sedangkan Tha'un aku lepaskan ke negeri Syam, oleh karena itu penyakit tha'un adalah sebagai Syahid bagi ummatku dan rahmat bagi mereka, sedangkan bagi orang kafir sebagai penyakit."
باقي مسند الأنصار
حديث السيدة عائشة رضي الله عنها
مسند أحمد ٢٣٨٦٩
KITAB SISA MUSNAD SAHABAT ANSHAR
Bab Hadits Sayyidah
'Aisyah Radliyallahu 'anha
Telah menceritakan kepada kami
Affan, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku
Ja'far bin Kaisan, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku
Mua`dzah Al-Adawiyah berkata: "saya menemui
Aisyah, ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Umatku tidak akan musnah kecuali dengan pembunuhan dan wabah thaun."
باقي مسند الأنصار
باقي المسند السابق
مسند أحمد ٢٣٩٦٥
حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ كَيْسَانَ وَيَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ وَعَفَّانُ الْمَعْنَى وَهَذَا لَفْظُ حَدِيثِ يَزِيدَ لَمْ يَخْتَلِفُوا فِي الْإِسْنَادِ وَالْمَعْنَى قَالَا أَنَا جَعْفَرُ بْنُ كَيْسَانَ الْعَدَوِيُّ قَالَ حَدَّثَتْنَا مُعَاذَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللَّهِ الْعَدَوِيَّةُ قَالَتْ دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَفْنَى أُمَّتِي إِلَّا بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الطَّاعُونُ قَالَ غُدَّةٌ كَغُدَّةِ الْبَعِيرِ الْمُقِيمُ بِهَا كَالشَّهِيدِ وَالْفَارُّ مِنْهَا كَالْفَارِّ مِنْ الزَّحْفِ
KITAB SISA MUSNAD SAHABAT ANSHAR
Bab Lanjutan Musnad yang lalu
Telah menceritakan kepada kami
Yazid telah mengabarkan kepada kami
Ja'far bin Kaisan dan
Yahya bin Ishaq dan
Affan -secara makna- dan ini adalah lafaz hadits yang diriwayatkan oleh
Yazid dan mereka tidak berbeza dalam hal isnad dan makna. Keduanya berkata: saya
Ja'far bin Kaisan Al Adawi. Dia berkata: telah menceritakan kepada kami
Mu'adzah binti Abdilah Al Adawiyah, dia berkata: saya menemui
Aisyah dan ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah umatku akan diuji melainkan dengan pembunuhan dan tha'un. Saya berkata: Wahai
Rasulullah mengenai pembunuhan ini kita telah mengetahuinya, adapun maksud tha'un itu apa? Beliau bersabda: "Gondok seperti gondok unta, orang yang tetap tinggal menanggung penyakit itu dengan tidak berpindah seperti halnya orang syahid, dan orang yang lari daripadanya sebagaimana orang yang lari peperangan."
باقي مسند الأنصار
باقي المسند السابق
مسند أحمد ٢٤٩٨٦
KITAB SISA MUSNAD SAHABAT ANSHAR
Bab Lanjutan Musnad yang lalu
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Ishaq dia berkata: telah mengabarkan kepadaku
Ja'far bin Kaisan dia berkata: telah menceritakan kepadaku
Mua'dzah dia berkata: saya telah mendengar
Aisyah menuturkan:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hancurnya umatku adalah dengan penyakit tha'un." Mereka bertanya: "Apa itu tha'un?" dia berkata: saya bertanya: "Wahai
Rasulullah! Apakah penyakit tha'un ini sebagaimana yang telah kita ketahui? Lalu apa itu tha'un?" beliau bersabda: "Ia adalah kelenjar seperti halnya kelenjar unta, orang yang tetap tinggal di dalamnya seperti orang yang mati syahid, dan orang yang lari darinya seperti halnya orang yang lari dari peperangan yang berkecamuk."
********************************************************************
ووصف طعن الجن بأنه وخز؛ لأنه يقع من الباطن إلى الظاهر، فيؤثر بالباطن أولا، ثم يؤثر في الظاهر، وقد لا ينفذ.
وهذا بخلاف طعن الإنس فإنه يقع من الظاهر إلى الباطن فيؤثر في الظاهر أولا ثم يؤثر في الباطن، وقد لا ينفذ" انتهى من "فتح الباري" (10/ 180- 182).
https://islamqa.info/ar/answers/333763/%D9%87%D9%84-%D9%85%D8%B1%D8%B6-%D9%83%D9%88%D8%B1%D9%88%D9%86%D8%A7-%D9%85%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%B7%D8%A7%D8%B9%D9%88%D9%86
**********************************************************************
Maka jawabnya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan sabdanya, “Siapakah yang menularkan pertama kali?” Bahwa penyakit menular dari yang sakit kepada yang sehat ini adalah karena kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penyakit turun pertama kali kepada yang pertama tanpa ada penularan, namun turun dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terkadang sesuatu itu adalah sebab yang sudah diketahui dan terkadang tidak ada penyebab apa pun. Kudis yang pertama tidak diketahui penyebabnya selain dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kudis yang sesudahnya mempunyai sebab yang sudah diketahui dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki niscaya ia tidak berkudis. Karena inilah, terkadang ada unta yang terkena kudis, kemudian terangkat (sembuh) dan ia tidak mati.
Demikian pula tha’un (lepra) dan kolera adalah penyakit-penyakit menular yang bisa masuk ke rumah, lalu menimpa sebagian penghuni rumah dan mereka meninggal dan yang lainnya selamat serta tidak tertular penyakit. Manusia berpegang dan bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Telah diriwayatkan bahwa.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِ مَجْذُومٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ فِي القَصْعَةِ ، ثُمَّ قَالَ : كُلْ بِسْمِ اللَّهِ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi seorang laki-laki yang menderita penyakit kusta, lalu beliau memegang tangannya dan memasukannya bersama tangan beliau ke dalam piring. Kemudian beliau berkata kepadanya, Makanlah, dengan menyebut nama Allah (basmallah) ……”
[HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah].
******************************************************************
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menceritakan dalam Badzlu Al-Maa’uun fii Fadhli Ath-Thaa’uun (hlm. 329), “Aku coba ceritakan, telah terjadi di masa kami ketika terjadi wabah ath-tha’un di Kairo pada 27 Rabiul Akhir 833 Hijriyah. Awalnya baru jatuh korban meninggal di bawah empat puluh. Kemudian orang-orang pada keluar menuju tanah lapang pada 4 Jumadal Ula, setelah sebelumnya orang-orang diajak untuk berpuasa tiga hari sebagaimana dilakukan untuk shalat istisqa’ (shalat minta hujan). Mereka semua berkumpul, mereka berdoa, kemudian mereka berdiri, dalam durasi satu jam lalu mereka pulang. Setelah acara itu selesai, berubahlah korban yang meninggal dunia menjadi 1.000 orang di Kairo setiap hari. Kemudian jumlah yang jatuh korban pun terus bertambah.”
Di halaman sebelumnya, Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Adapun kumpul-kumpul (untuk mengatasi wabah) sebagaimana dilakukan, maka seperti itu termasuk bidah. Hal ini pernah terjadi saat wabah ath-tha’un yang begitu dahsyat pada tahun 749 Hijriyah di Damaskus. Aku membacanya dalam Juz Al-Munbijy setelah ia mengingkari pada orang yang mengumpulkan khalayak ramai di suatu tempat. Di situ mereka berdoa, mereka berteriak keras. Ini terjadi pada tahun 764 H, ketika itu juga tersebar wabah ath-tha’un di Damaskus. Ada yang menyebutkan bahwa hal itu terjadi pada tahun 749 H, di mana orang-orang keluar ke tanah lapang, masa jumlah banyak ketika itu keluar di negeri tersebut, lantas mereka beristighatsah (minta dihilangkan bala). Ternyata setelah itu wabah tadi makin menyebar dan makin jatuh banyak korban, padahal sebelumnya korban tidak begitu banyak.”
Pelajaran penting:segala sesuatu berdasarkan ilmu, bukan berdasarkan semangat.
kadang maslahat kemanusiaan lebih didahulukan dari maslahat keagamaan.
harusnya yang ditimbang-timbang dalam ibadah adalah kaidah:
دَرْأُ المَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ المَصَالِحِ
“Menolak bahaya lebih didahulukan daripada meraih maslahat.”