Musnad Ahmad
(مسند الإمام أحمد بن حنبل)
مسند الشاميين
حديث شداد بن أوس رضي الله تعالى عنه
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ بُشَيْرِ بْنِ كَعْبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ الْعَبْدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِالنِّعْمَةِ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ إِنْ قَالَهَا بَعْدَمَا يُصْبِحُ مُوقِنًا بِهَا ثُمَّ مَاتَ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ قَالَهَا بَعْدَمَا يُمْسِي مُوقِنًا بِهَا ثُمَّ مَاتَ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Kitab Musnad Penduduk Syam
Bab Hadits Syaddad bin Aus Radliyallahu ta'ala 'anhu
Musnad Ahmad 16488:
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Husain Al Mu'allim berkata: telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Buraidah dari Busyair bin Ka'ab dari Syaddad bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sayidul istighfar adalah seorang hamba berkata 'Ya Alläh, Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang layak disembah selain Engkau. Engkau menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berusaha semampu mungkin menunaikan janji dan ikrarku kepada-Mu. Aku berlindung kepada-Mu daripada keburukan yang telah aku lakukan. Aku mengakui nikmat-Mu ke atasku, dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah aku, kerana sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.
(Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Jika dia mengatakannya pada waktu pagi hari dalam keadaan yakin dengan-Nya, lalu dia mati maka dia termasuk dari penduduk surga. Jika dia membacanya pada waktu petang dalam keadaan yakin, lalu dia mati maka dia termasuk dari penduduk syurga."
ISNAD SAHIH MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH
**********************************************************************************
مسند أحمد ١٦٥٠٨
Musnad Ahmad 16508
مسند الشاميين
حديث شداد بن أوس رضي الله تعالى عنه
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ يَعْنِي الْمُعَلِّمَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ بُشَيْرِ بْنِ كَعْبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ مَنْ قَالَهَا بَعْدَمَا يُصْبِحُ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا بَعْدَمَا يُمْسِي مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ لَيْلَتِهِ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ الْعَدَوِيُّ أَنَّ شَدَّادَ بْنَ أَوْسٍ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ
Kitab Musnad Penduduk Syam
Bab Hadits Syaddad bin Aus Radliyallahu ta'ala 'anhu
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu 'Adi telah menceritakan kepada kami Husain yaitu Al Mu'allim dari Abdullah bin Buraidah dari Busyair bin Ka'ab dari Syaddad bin Aus berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sayidul istighfar yaitu: Ya Allah engkau adalah Rabku, tidak ada ilah kecuali Engkau. Engkau telah menciptakanku dan saya adalah hamba-Mu. Saya berada pada perjanjian-Mu dan ancaman-Mu semaksimal kemampuan saya. Saya berlindung kalian-MU dari kejelekan yang telah saya perbuat, saya kembali kepada-Mu dengan nikmat-Mu kepadaku. Saya mengadu kepada-Mu dengan dosaku. Ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.
(Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda:
"Barangsiapa yang mengatakannya pada waktu pagi hari dalam keadaan beriman dengannya, lalu dia mati pada hari itu, maka dia termasuk dari penduduk surga. Barangsiapa yang telah membacanya pada waktu sore dalam keadaan beriman dengannya lalu dia mati pada malamnya, maka dia termasuk dari penduduk surga."
Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad berkata: telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Husain dari Abu Buraidah berkata: telah menceritakan kepadaku Busyair bin ka'ab Al 'Adawi sesungguhnya Syaddad bin Aus menceritakannya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sayyidul istighfar"
lalu menyebutkan hadis secara lengkap.
HADIS BERKAITAN
Sunan Tirmidzi (سنن الترمذي) Hadis No. 3315
Sunan an-Nasai (سنن النسائي) Hadis No. 5427Sunan Ibnu Majah (سُنن ابن ماجه) Hadis No. 3862
Musnad Ahmad (مسند الإمام أحمد بن حنبل) Hadis No. 21935
Shahih Bukhari (صحيح البخاري) Hadis No. 5848
*************************************************
Shahih Bukhari (صحيح البخاري) Hadis No. 5848
*************************************************
Imam al-Bukhari menyebutkan lafal istighfar ini dalam judul bab di kitab shahihnya,
باب أَفْضَلِ الاِسْتِغْفَارِ
“Bab, Istighfar yang paling utama.”
Menunjukkan bahwa Imam Bukhari menilai ini adalah lafazh Istighfar terbaik.
Jika kita perhatikan makna dari istighfar ini, ada banyak ungkapan yang menunjukkan kerendahan diri kita di hadapan Allah dan pengagungan kepada Allah semata. Kita merendahkan diri kita sebagai hamba, dengan memuji Allah yang Maha Sempurna sifat-Nya.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh:
- Imam al-Bukhari dalam shahîhnya (no. 6306, 6323) dan al-Adabul Mufrad (no. 617, 620)
- Imam an-Nasâ-i (VIII/279), as-Sunanul Kubra (no. 9763, 10225), dan dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 19, 468, dan 587)
- Imam Ibnu Hibbân (no. 928-929-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahih Ibni Hibbân)
- Imam ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 7172), al-Mu’jamul Ausath (no. 1018), dan dalam kitab ad-Du’aa (no. 312-313)
- al-Hâkim (II/458)
- Imam Ahmad dalam musnadnya (IV/122, 124-125)
- Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 1308), dan lainnya dari Shahabat Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu
Diriwayatkan juga oleh Imam at-Tirmidzi (no. 3393) dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu dengan lafazh awalnya berbeda, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى سَيِّدِ الْإِسْتِغْفَار …
Maukah aku tunjukkan kepadamu sayyidul Istighfâr ? …
at-Tirmidzi berkata, ‘Hadits Hasan Gharib.’ Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dengan beberapa jalan dan syawâhid (penguat)nya dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 1747).
Imam Bukhâri rahimahullah memasukkan hadits ini dalam “Bab Istighfâr yang paling utama”. Ini menunjukkan bahwa Imam Bukhâri rahimahullah menganggap ini adah lafazh Istighfâr terbaik. Juga kandungan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa doa ini layak disebut dengan Sayyidul Istighfâr (penghulu Istighfâr) sebagaimana yang disifati oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Kandungan dan makna
Pada bagian pertama dari doa ini, seorang hamba dengan tulus mengakui keesaan Allah dengan berkata, “اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ” (Ya Allah, Engkaulah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah, selain Engkau). Ini adalah pengakuan atas tauhid rububiyah, yang menegaskan bahwa hanya Allah yang berhak disembah karena Dia adalah pencipta, pemelihara, dan pengatur seluruh alam semesta.
Selanjutnya, dalam doa ini, hamba mengakui bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah dengan mengucapkan, “خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ” (Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu). Sebuah ungkapan yang menggambarkan hubungan antara hamba dan Sang Pencipta, di mana manusia menyadari posisinya sebagai makhluk yang harus tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Ini juga menegaskan kewajiban manusia untuk beribadah dan taat kepada-Nya, mengingat bahwa hanya Allah yang menciptakan dan memberikan kehidupan kepada mereka.
Selain itu, doa ini menunjukkan komitmen hamba untuk senantiasa berada di jalan yang benar dan menepati janji kepada Allah dengan menyatakan, “وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ” (Aku berada di atas janji dan ikatan kepada-Mu semampu yang aku bisa). Kalimat yang mencerminkan tekad seorang muslim untuk selalu berusaha memenuhi perintah dan petunjuk Allah dalam kehidupannya. Namun, manusia tidak terlepas dari kesalahan dan dosa, sehingga hamba juga memohon perlindungan dari Allah dengan berkata, “أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ” (Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang telah aku perbuat).
Terakhir, dalam Sayyidul Istigfar, seorang hamba mengakui nikmat-nikmat yang Allah berikan dengan kalimat, “أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ” (Aku mengakui kepada-Mu atas nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku), sembari menyadari dosa-dosanya dan memohon ampun dengan penuh kerendahan hati, “وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي” (dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku). Kemudian menutup doa dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa-dosa dengan mengucapkan, “فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ” (karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Engkau) yang menunjukkan pengharapan dan keyakinan penuh kepada rahmat dan ampunan Allah.
Sayyidul Istigfar merupakan pengakuan akan keagungan Allah Ta’ala, ketergantungan manusia kepada-Nya, dan kesadaran atas nikmat serta dosa yang telah dilakukan. Maka dari itu, Sayyidul Istigfar menjadi salah satu amalan harian yang sangat penting untuk meraih rahmat dan ampunan Allah. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk senantiasa mengamalkan Sayyidul Istigfar dalam kehidupan kita sehari-hari dan meraih keutamaan yang dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Amin.
Copyright © 2025 muslim.or.id
No comments:
Post a Comment