MeTaLoYaL

tHe diFFErent isnt AlwaYz better But THE besT is always Different..

Friday, June 21, 2024

SAHIH BUKHARI 5772 (6241) : LARANGAN MENGINTIP, MEMINTA IZIN DEMI MENJAGA PANDANGAN

الاستئذان
الاستئذان من أجل البصر

صحيح البخاري ٥٧٧٢

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ الزُّهْرِيُّ حَفِظْتُهُ كَمَا أَنَّكَ هَا هُنَا عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ اطَّلَعَ رَجُلٌ مِنْ جُحْرٍ فِي حُجَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِدْرًى يَحُكُّ بِهِ رَأْسَهُ فَقَالَ لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ تَنْظُرُ لَطَعَنْتُ بِهِ فِي عَيْنِكَ إِنَّمَا جُعِلَ الِاسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ

KITAB MEMINTA IZIN
Bab Meminta izin demi menjaga pandangan


Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan, Az Zuhri berkata: "Aku telah menghafalnya sebagaimana dirimu di sini, 

dari Sahl bin Sa'd dia berkata: 

"Seorang laki-laki pernah melongokkan (menjenguk) kepalanya ke salah satu kamar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, waktu itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tengah membawa sisir untuk menyisir rambutnya, 

lalu beliau bersabda: 

"Sekiranya aku tahu kamu mengintip, sungguh aku akan mencolok kedua matamu, sesungguhnya meminta izin itu di berlakukan karena pandangan."


Asking Permission
Chapter: Asking permission because of looking


Narrated Sahl bin Sa`d:

A man peeped through a round hole into the dwelling place of the Prophet, while the Prophet (ﷺ) had a Midray (an iron comb) with which he was scratching his head. the Prophet (ﷺ) said, " Had known you were looking (through the hole), I would have pierced your eye with it (i.e., the comb)." Verily! The order of taking permission to enter has been enjoined because of that sight, (that one should not look unlawfully at the state of others). (See Hadith No. 807, Vol. 7)

Reference : Sahih al-Bukhari 6241
In-book reference : Book 79, Hadith 15
USC-MSA web (English) reference : Vol. 8, Book 74, Hadith 258
(deprecated numbering scheme)


********************************************************************

HADIS BERKAITAN

Shahih Bukhari (Hadis No. 6392) (6901 Versi Fathul Bari)
Shahih Muslim (Hadis No. 4013) (2156 Versi Syarh Sahih Muslim)
Shahih Muslim (Hadis No. 4014) (2156 Versi Syarh Sahih Muslim)
Sunan Tirmidzi (Hadis No. 2633) (2709 Versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh)
Sunan an-Nasai (Hadis No. 4776) (4859 Versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh)
Musnad Darimi (Hadis No. 2279) (2430 Versi Daarul Mughni Riyadh)

***********************************************************************

LARANGAN MENGINTIP KE DALAM RUMAH ORANG LAIN


Sering kita jumpai orang-orang yang jahil tentang tuntunan syari’at, karena terdorong rasa ingin tahu, ia mengintip ke dalam rumah orang lain. Baik karena salam yang tak terjawab, atau hanya sekedar iseng. Mereka tidak menyadari, bahwa perbuatan seperti ini diancam keras oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Beliau bersabda:


“لَوْ أَنَّ امْرَأً اِطْلَعَ عَلَيْكَ بِغَيْرِ إِذْنٍ فَخَذَفَتْهُ بِحُصَاةٍ فَفَقَأَتْ عَيْنُهُ مَا كَانَ عَلَيْكَ مِنْ جُنَاحٍ”


“Sekiranya ada seseorang yang mengintip rumahmu tanpa izin, lalu engkau melemparnya dengan batu hingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu”. [Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim].

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Sahal bin Saad As Sa’idi Radhiyallahu ‘anhu, ia mengabarkan bahwasanya seorang laki laki mengintip pada lubang pintu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu, Beliau tengah membawa sebuah sisir yang biasa Beliau gunakan untuk menggaruk kepalanya. Ketika melihatnya, Beliau bersabda: “Seandainya aku tahu engkau tengah mengintipku, niscaya telah aku lukai kedua matamu dengan sisir ini”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya permintaan izin itu diperintahakan untuk menjaga pandangan mata.” [Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim].

Demikianlah beberapa perkara yang harus diperhatikan ketika hendak memasuki rumah orang lain, kecuali rumah-rumah yang tidak didiami oleh seorangpun, dan ia ada keperluan di dalamnya. Seperti rumah yang memang disediakan untuk para tamu, jika di awal ia telah diberi izin, maka cukuplah baginya. Demikian juga tempat-tempat umum, seperti tempat-tempat jualan, penginapan dan lain sebagainya.

Referensi : https://almanhaj.or.id/2847-adab-meminta-izin.html

Saturday, June 15, 2024

MUSNAD AHMAD 3070 : WANITA HITAM SAWAN BABI / EPILEPSI PENGHUNI SYURGA

ومن مسند بني هاشم
بداية مسند عبد الله بن العباس

مسند أحمد ٣٠٧٠

حَدَّثَنَا  يَحْيَى عَنْ عِمْرَانَ أَبَا بَكْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قَالَ قُلْتُ بَلَى قَالَ هَذِهِ السَّوْدَاءُ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنِّي أُصْرَعُ وَأَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي قَالَ إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ لَكِ أَنْ يُعَافِيَكِ قَالَتْ لَا بَلْ أَصْبِرُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ أَوْ لَا يَنْكَشِفَ عَنِّي قَالَ فَدَعَا لَهَا

KITAB DARI MUSNAD BANI HASYIM
Bab Awal Musnad Abdullah bin Al 'Abbas


Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Imran Abu Bakar ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Atha` bin Abu Rabah ia berkata: 

Ibnu Abbas berkata kepadaku: Mahukah aku tunjukkan padamu wanita penghuni surga? Ia berkata: 

Aku menjawab: Ya. 

Ia berkata: Ada seorang wanita hitam datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: Sesungguhnya aku terkena penderita epilepsi dan sering tersingkap auratku, maka berdoalah kepada Allah untukku. 

Beliau bersabda: "Jika engkau berkenan, engkau bersabar maka bagimu syurga, dan jika engkau berkenan, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu." 

Ia berkata: Tidak perlu bahkan aku akan bersabar. Namun berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap atau menyingkap dariku. 

Ia (Ibnu Abbas) berkata: Maka beliau mendoakan untuknya.


ISNAD SAHIH MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH


Hadits Penguat :

Sahih Bukhari 5220
Sunan Tirmidzi 3502
Musnad Ahmad 9312


******************************

Jika mau sabar … Bagimu SURGA.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i berkata bahwa yang dimaksud adalah orang yang sabar pahalanya tidak bisa ditimbang atau ditakar. As Sudi mengatakan bahwa balasan orang yang sabar adalah surga. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah.

Ada hadits yang muttafaqun ‘alaih,

عَن عَطَاءُ بْنُ أَبِى رَبَاحٍ قَالَ قَالَ لِى ابْنُ عَبَّاسٍ أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى . قَالَ هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ ، وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِى . قَالَ « إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ » . فَقَالَتْ أَصْبِرُ . فَقَالَتْ إِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ ، فَدَعَا لَهَا

Dari ‘Atho’ bin Abi Robaah, ia berkata bahwa Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Maukah kutunjukkan wanita yang termasuk penduduk surga?” ‘Atho menjawab, “Iya mau.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Wanita yang berkulit hitam ini, ia pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas ia pun berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku sering terbuka karenanya. Berdo’alah pada Allah untukku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Jika mau sabar, bagimu surga. Jika engkau mau, aku akan berdo’a pada Allah supaya menyembuhkanmu.” Wanita itu pun berkata, “Aku memilih bersabar.” Lalu ia berkata pula, “Auratku biasa tersingkap (kala aku terkena ayan). Berdo’alah pada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun berdo’a pada Allah untuk wanita tersebut. 

(HR. Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Sabar di dunia menyebabkan seseorang meraih surga.

2- Menyembuhkan penyakit bisa dengan cara berdo’a dan mengharap pada Allah, ditambah dengan mengkonsumsi obat.

3- Bertekad kuat untuk bisa menahan penyakit lebih utama daripada mengambil keringanan untuk disembuhkan sebagaimana yang dialami oleh wanita yang disebutkan dalam hadits ini. Namun hal ini dilakukan jika memang merasa mampu untuk menahan. Seperti ini pun akan semakin menambah pahala.

4- Wajibnya menutup aurat.

5- Boleh meminta do’a pada orang sholih yang masih hidup, bukan pada orang mati.

Semoga faedah-faedah di atas semakin mendorong kita untuk memiliki sifat sabar.

Sumber https://rumaysho.com/3449-jika-mau-sabar-bagimu-surga.html


*****************************************

Dia adalah seorang shahabiyyat bernama Su’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha. Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya secara rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan sebuah hadits dalam biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini.

Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan keridhaan terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta ini. Dia adalah wanita yang datang dan berbicara langsung dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa musibah dan imam bagi orang-orang yang sabar, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Sumber: https://muslimah.or.id/1296-suairah-wanita-penghuni-surga.html
Copyright © 2024 muslimah.or.id




Tuesday, June 11, 2024

MUSNAD AHMAD 18909 : PENYAKIT TAUN/THA'UN ADALAH DARIPADA TUSUKAN/TIKAMAN JIN

مسند الكوفيين
حديث أبي موسى الأشعري رضي الله تعالى عنه

مسند أحمد ١٨٩٠٩

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ ثَنَا شُعْبَةُ عَن زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ قَالَ حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ قَوْمِي قَالَ شُعْبَةُ قَدْ كُنْتُ أَحْفَظُ اسْمَهُ قَالَ كُنَّا عَلَى بَابِ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ نَنْتَظِرُ الْإِذْنَ عَلَيْهِ فَسَمِعْتُ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَاءُ أُمَّتِي بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ قَالَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الطَّاعُونُ قَالَ طَعْنُ أَعْدَائِكُمْ مِنْ الْجِنِّ وَفِي كُلٍّ شَهَادَةٌ قَالَ زِيَادٌ فَلَمْ أَرْضَ بِقَوْلِهِ فَسَأَلْتُ سَيِّدَ الْحَيِّ وَكَانَ مَعَهُمْ فَقَالَ صَدَقَ حَدَّثَنَاهُ أَبُو مُوسَى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ قَالَ ثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّهْشَلِيُّ قَالَ ثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلَاقَةَ عَن أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ خَرَجْنَا فِي بِضْعَ عَشْرَةَ مِنْ بَنِي ثَعْلَبَةَ فَإِذَا نَحْنُ بِأَبِي مُوسَى فَإِذَا هُوَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فَنَاءَ أُمَّتِي فِي الطَّاعُونِ فَذَكَرَهُ

KITAB MUSNAD PENDUDUK KUFAH
Bab Hadis Abu Musa Al Asy'ari Radhiyallahu ta'ala 'anhu


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, ia berkata: "Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ziyad bin 'Ilaqah berkata: "Telah menceritakan kepadaku seorang pemuda dari kaumku, -Syu'bah berkata: "Sungguh aku telah menjaga namanya- ia berkata: "Kami menemui Utsman Radhiyallahu'anhu menunggu izin darinya, lalu aku mendengar Abu Musa Al Asy'ari mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kebinasaan umatku ada pada tha'n tikaman dan tha'un wabah." Ia (Abu Musa) berkata: kami bertanya: "Wahai Rasulullah, tikaman (pembunuhan) kami telah mengetahuinya, lalu apa yang disebut dengan Tha'un? Rasulullah bersabda: "Yaitu tikaman dari musuh-musuh kalian dari golongan jin dan keduanya adalah dihitung kesyahidan." Ziyad berkata: "Maka aku belum rela dengan perkataannya, lalu aku tanyakan pada Sayyid Al Hayyi sedang ia bersama mereka, maka ia berkata membenarkannya. Abu Musa telah menceritakannya pada kami. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Bukair berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Bakar An Nahsyaly berkata: telah bercerita pada kami Ziyad bin 'Ilaqah dari Usamah bin Syarik berkata: "Kami pergi bersama beberapa puluh orang dari Bani Tsa'labah sedang bersamaku ada Abu Musa dan ia sedang menyebutkan sebuah hadis dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: "Ya Allah, jadikanlah kebinasaan umatku dengan tikaman(pembunuhan) dan wabah." Lalu ia menyebutkan hadis tersebut.


ISNAD SAHIH MENURUT 
SYUA'IB AL-ARNA'UTH

********************************************************************************

مسند الكوفيين
حديث أبي موسى الأشعري رضي الله تعالى عنه

مسند أحمد ١٨٧٠٧

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ رَجُلٍ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَاءُ أُمَّتِي بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الطَّاعُونُ قَالَ وَخْزُ أَعْدَائِكُمْ مِنْ الْجِنِّ وَفِي كُلٍّ شُهَدَاءُ

KITAB MUSNAD PENDUDUK KUFFAH
Bab Hadits Abu Musa Al Asy'ari Radliyallahu ta'ala 'anhu


Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ziyad bin Ilaqah dari seorang laki-laki dari Abu Musa ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kehancuran umatku adalah karena Tha'n (fitnah) dan Tha'uun." Kemudian ditanyakanlah, "Wahai Rasulallah, mengenai Ath Tha'n kami telah mengetahuinya, namun apakah yang dimaksud dengan Tha'un?" Beliau menjawab: "Tikaman musuh kalian dari golongan jin. Dan keduanya termasuk mati syahid."

ISNAD MUKHTALAF FIHI MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH

**************************************************************************

مسند المكيين

مسند أحمد ١٥٠٥٥

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ حَدَّثَنَا كُرَيْبُ بْنُ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ قَيْسٍ أَخِي أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فَنَاءَ أُمَّتِي فِي سَبِيلِكَ بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ

KITAB MUSNAD PENDUDUK MAKKAH
Bab Hadits Abu Burdah bin Qais saudara Abu Musa Al Asy'ari Radliyallahu ta'ala 'anhu


Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad telah menceritakan kepada kami 'Ashim Al Ahwal telah menceritakan kepada kami Kuraib bin Al Harits bin Abu Musa dari Abu Burdah bin Qais, saudara Abu Musa Al 'Asyari berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ya Allah, jadikanlah habisnya umatku berada pada jalan-Mu dengan meninggal dalam perang dan karena penyakit Tha'un".

ISNAD HASAN MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH

****************************************************************************

مسند الشاميين
حديث أبي بردة بن قيس أخي أبي موسى الأشعري رضي الله

مسند أحمد ١٧٣٨٦

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ حَدَّثَنَا كُرَيْبُ بْنُ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ قَيْسٍ أَخِي أَبِي مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فَنَاءَ أُمَّتِي قَتْلًا فِي سَبِيلِكَ بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ


KITAB MUSNAD PENDUDUK SYAM
Bab Hadis Abu Burdah bin Qais saudara Abu Musa Al Asy'ari Radliyallahu ta'ala 'anhu


Telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad telah menceritakan kepada kami Ashim Al Ahwal telah menceritakan kepada kami Kuraib bin Al Harits bin Abu Musa dari Abu Burdah bin Qais saudaranya Abu Musa, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: "ALLAHUMMAJ'AL FANAA`A UMMATII QATLAN FI SABIILIK BITHTHA'N WATH THA'UUN (Ya Allah, jadikanlah kamatian umatku adalah mati di jalan-Mu, baik dengan tikaman senjata atau karena penyakit tha'un)."

ISNAD HASAN MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH

*************************************************************************

مسند البصريين
حديث أبي عسيب رضي الله تعالى عنه

مسند أحمد ١٩٨٣٩

حَدَّثَنَا يَزِيدُ حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ عُبَيْدٍ أَبُو نُصَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَسِيبٍ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام بِالْحُمَّى وَالطَّاعُونِ فَأَمْسَكْتُ الْحُمَّى بِالْمَدِينَةِ وَأَرْسَلْتُ الطَّاعُونَ إِلَى الشَّامِ فَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِأُمَّتِي وَرَحْمَةٌ لَهُمْ وَرِجْسٌ عَلَى الْكَافِرِينَ


KITAB MUSNAD PENDUDUK BASHRAH
Bab Hadits Abu 'Asib Radliyallahu ta'ala 'anhu


Telah menceritakan kepada kami Yazid telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ubaid Abu Nushairah ia berkata: aku mendengar Abu 'Asib bekas budak Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam, ia berkata: Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Jibril 'alaihis salam datang kepadaku membawa demam dan tha'un (kolera), maka aku tahan demam di Madinah, sedangkan Tha'un aku lepaskan ke negeri Syam, oleh karena itu penyakit tha'un adalah sebagai Syahid bagi ummatku dan rahmat bagi mereka, sedangkan bagi orang kafir sebagai penyakit."

ISNAD SAHIH MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH



باقي مسند الأنصار
حديث السيدة عائشة رضي الله عنها

مسند أحمد ٢٣٨٦٩

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ كَيْسَانَ قَالَ حَدَّثَتْنِي مُعَاذَةُ الْعَدَوِيَّةُ قَالَتْ دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَفْنَى أُمَّتِي إِلَّا بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ

KITAB SISA MUSNAD SAHABAT ANSHAR
Bab Hadits Sayyidah 'Aisyah Radliyallahu 'anha


Telah menceritakan kepada kami Affan, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ja'far bin Kaisan, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Mua`dzah Al-Adawiyah berkata: "saya menemui Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Umatku tidak akan musnah kecuali dengan pembunuhan dan wabah thaun."

ISNAD JAYYID MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH

باقي مسند الأنصار
باقي المسند السابق

مسند أحمد ٢٣٩٦٥

حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ كَيْسَانَ وَيَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ وَعَفَّانُ الْمَعْنَى وَهَذَا لَفْظُ حَدِيثِ يَزِيدَ لَمْ يَخْتَلِفُوا فِي الْإِسْنَادِ وَالْمَعْنَى قَالَا أَنَا جَعْفَرُ بْنُ كَيْسَانَ الْعَدَوِيُّ قَالَ حَدَّثَتْنَا مُعَاذَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللَّهِ الْعَدَوِيَّةُ قَالَتْ دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَفْنَى أُمَّتِي إِلَّا بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الطَّاعُونُ قَالَ غُدَّةٌ كَغُدَّةِ الْبَعِيرِ الْمُقِيمُ بِهَا كَالشَّهِيدِ وَالْفَارُّ مِنْهَا كَالْفَارِّ مِنْ الزَّحْفِ


KITAB SISA MUSNAD SAHABAT ANSHAR
Bab Lanjutan Musnad yang lalu


Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami Ja'far bin Kaisan dan Yahya bin Ishaq dan Affan -secara makna- dan ini adalah lafaz hadits yang diriwayatkan oleh Yazid dan mereka tidak berbeza dalam hal isnad dan makna. Keduanya berkata: saya Ja'far bin Kaisan Al Adawi. Dia berkata: telah menceritakan kepada kami Mu'adzah binti Abdilah Al Adawiyah, dia berkata: saya menemui Aisyah dan ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah umatku akan diuji melainkan dengan pembunuhan dan tha'un. Saya berkata: Wahai Rasulullah mengenai pembunuhan ini kita telah mengetahuinya, adapun maksud tha'un itu apa? Beliau bersabda: "Gondok seperti gondok unta, orang yang tetap tinggal menanggung penyakit itu dengan tidak berpindah seperti halnya orang syahid, dan orang yang lari daripadanya sebagaimana orang yang lari peperangan."

ISNAD JAYYID MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH

باقي مسند الأنصار
باقي المسند السابق

مسند أحمد ٢٤٩٨٦

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ قَالَ أَخْبَرَنِي جَعْفَرُ بْنُ كَيْسَانَ قَالَ حَدَّثَتْنِي مُعَاذَةُ قَالَتْ سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَاءُ أُمَّتِي بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الطَّاعُونُ قَالَ غُدَّةٌ كَغُدَّةِ الْإِبِلِ الْمُقِيمُ فِيهَا كَالشَّهِيدِ وَالْفَارُّ مِنْهَا كَالْفَارِّ مِنْ الزَّحْفِ

KITAB SISA MUSNAD SAHABAT ANSHAR
Bab Lanjutan Musnad yang lalu


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq dia berkata: telah mengabarkan kepadaku Ja'far bin Kaisan dia berkata: telah menceritakan kepadaku Mua'dzah dia berkata: saya telah mendengar Aisyah menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hancurnya umatku adalah dengan penyakit tha'un." Mereka bertanya: "Apa itu tha'un?" dia berkata: saya bertanya: "Wahai Rasulullah! Apakah penyakit tha'un ini sebagaimana yang telah kita ketahui? Lalu apa itu tha'un?" beliau bersabda: "Ia adalah kelenjar seperti halnya kelenjar unta, orang yang tetap tinggal di dalamnya seperti orang yang mati syahid, dan orang yang lari darinya seperti halnya orang yang lari dari peperangan yang berkecamuk."

ISNAD JAYYID MENURUT SYUA'IB AL-ARNA'UTH


********************************************************************





ووصف طعن الجن بأنه وخز؛ لأنه يقع من الباطن إلى الظاهر، فيؤثر بالباطن أولا، ثم يؤثر في الظاهر، وقد لا ينفذ.

وهذا بخلاف طعن الإنس فإنه يقع من الظاهر إلى الباطن فيؤثر في الظاهر أولا ثم يؤثر في الباطن، وقد لا ينفذ" انتهى من "فتح الباري" (10/ 180- 182).


https://islamqa.info/ar/answers/333763/%D9%87%D9%84-%D9%85%D8%B1%D8%B6-%D9%83%D9%88%D8%B1%D9%88%D9%86%D8%A7-%D9%85%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%B7%D8%A7%D8%B9%D9%88%D9%86

**********************************************************************

Maka jawabnya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan sabdanya, “Siapakah yang menularkan pertama kali?” Bahwa penyakit menular dari yang sakit kepada yang sehat ini adalah karena kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penyakit turun pertama kali kepada yang pertama tanpa ada penularan, namun turun dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terkadang sesuatu itu adalah sebab yang sudah diketahui dan terkadang tidak ada penyebab apa pun. Kudis yang pertama tidak diketahui penyebabnya selain dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kudis yang sesudahnya mempunyai sebab yang sudah diketahui dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki niscaya ia tidak berkudis. Karena inilah, terkadang ada unta yang terkena kudis, kemudian terangkat (sembuh) dan ia tidak mati.

Demikian pula tha’un (lepra) dan kolera adalah penyakit-penyakit menular yang bisa masuk ke rumah, lalu menimpa sebagian penghuni rumah dan mereka meninggal dan yang lainnya selamat serta tidak tertular penyakit. Manusia berpegang dan bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Telah diriwayatkan bahwa.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِ مَجْذُومٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ فِي القَصْعَةِ ، ثُمَّ قَالَ : كُلْ بِسْمِ اللَّهِ

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi seorang laki-laki yang menderita penyakit kusta, lalu beliau memegang tangannya dan memasukannya bersama tangan beliau ke dalam piring. Kemudian beliau berkata kepadanya, Makanlah, dengan menyebut nama Allah (basmallah) ……” 

[HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah].


******************************************************************

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menceritakan dalam Badzlu Al-Maa’uun fii Fadhli Ath-Thaa’uun (hlm. 329), “Aku coba ceritakan, telah terjadi di masa kami ketika terjadi wabah ath-tha’un di Kairo pada 27 Rabiul Akhir 833 Hijriyah. Awalnya baru jatuh korban meninggal di bawah empat puluh. Kemudian orang-orang pada keluar menuju tanah lapang pada 4 Jumadal Ula, setelah sebelumnya orang-orang diajak untuk berpuasa tiga hari sebagaimana dilakukan untuk shalat istisqa’ (shalat minta hujan). Mereka semua berkumpul, mereka berdoa, kemudian mereka berdiri, dalam durasi satu jam lalu mereka pulang. Setelah acara itu selesai, berubahlah korban yang meninggal dunia menjadi 1.000 orang di Kairo setiap hari. Kemudian jumlah yang jatuh korban pun terus bertambah.”

Di halaman sebelumnya, Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Adapun kumpul-kumpul (untuk mengatasi wabah) sebagaimana dilakukan, maka seperti itu termasuk bidah. Hal ini pernah terjadi saat wabah ath-tha’un yang begitu dahsyat pada tahun 749 Hijriyah di Damaskus. Aku membacanya dalam Juz Al-Munbijy setelah ia mengingkari pada orang yang mengumpulkan khalayak ramai di suatu tempat. Di situ mereka berdoa, mereka berteriak keras. Ini terjadi pada tahun 764 H, ketika itu juga tersebar wabah ath-tha’un di Damaskus. Ada yang menyebutkan bahwa hal itu terjadi pada tahun 749 H, di mana orang-orang keluar ke tanah lapang, masa jumlah banyak ketika itu keluar di negeri tersebut, lantas mereka beristighatsah (minta dihilangkan bala). Ternyata setelah itu wabah tadi makin menyebar dan makin jatuh banyak korban, padahal sebelumnya korban tidak begitu banyak.”


Pelajaran penting:segala sesuatu berdasarkan ilmu, bukan berdasarkan semangat.
kadang maslahat kemanusiaan lebih didahulukan dari maslahat keagamaan.
harusnya yang ditimbang-timbang dalam ibadah adalah kaidah:

دَرْأُ المَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ المَصَالِحِ

“Menolak bahaya lebih didahulukan daripada meraih maslahat.”





Monday, June 10, 2024

SAHIH BUKHARI 713 (755) : DOA SAAD BIN ABI WAQQASH YANG DIZALIMI, MEMANJANGKAN BACAAN DALAM 2 RAKAAT PERTAMA DAN MEMENDEKKAN DALAM 2 RAKAAT TERAKHIR

الأذان
وجوب القراءة للإمام والمأموم في الصلوات كلها في الحضر

صحيح البخاري ٧١٣

حَدَّثَنَا مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ شَكَا أَهْلُ الْكُوفَةِ سَعْدًا إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَعَزَلَهُ وَاسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ عَمَّارًا فَشَكَوْا حَتَّى ذَكَرُوا أَنَّهُ لَا يُحْسِنُ يُصَلِّي فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ إِنَّ هَؤُلَاءِ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ لَا تُحْسِنُ تُصَلِّي قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ أَمَّا أَنَا وَاللَّهِ فَإِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَخْرِمُ عَنْهَا أُصَلِّي صَلَاةَ الْعِشَاءِ فَأَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأُخِفُّ فِي الْأُخْرَيَيْنِ قَالَ ذَاكَ الظَّنُّ بِكَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ فَأَرْسَلَ مَعَهُ رَجُلًا أَوْ رِجَالًا إِلَى الْكُوفَةِ فَسَأَلَ عَنْهُ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَلَمْ يَدَعْ مَسْجِدًا إِلَّا سَأَلَ عَنْهُ وَيُثْنُونَ مَعْرُوفًا حَتَّى دَخَلَ مَسْجِدًا لِبَنِي عَبْسٍ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ أُسَامَةُ بْنُ قَتَادَةَ يُكْنَى أَبَا سَعْدَةَ قَالَ أَمَّا إِذْ نَشَدْتَنَا فَإِنَّ سَعْدًا كَانَ لَا يَسِيرُ بِالسَّرِيَّةِ وَلَا يَقْسِمُ بِالسَّوِيَّةِ وَلَا يَعْدِلُ فِي الْقَضِيَّةِ

 قَالَ سَعْدٌ أَمَا وَاللَّهِ لَأَدْعُوَنَّ بِثَلَاثٍ

 اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً فَأَطِلْ عُمْرَهُ وَأَطِلْ فَقْرَهُ وَعَرِّضْهُ بِالْفِتَنِ

 وَكَانَ بَعْدُ إِذَا سُئِلَ يَقُولُ شَيْخٌ كَبِيرٌ مَفْتُونٌ أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعْدٍ

 قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ فَأَنَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ مِنْ الْكِبَرِ وَإِنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوَارِي فِي الطُّرُقِ يَغْمِزُهُنَّ

KITAB ADZAN
Bab Wajibnya Membaca (Al Fatihah) Bagi Imam dan Ma'mum dalam Setiap Solat, Baik Ketika Mukim Mahupun Bepergian, Baik Solat yang Suara Dikeraskan Mahupun Perlahan


Telah menceritakan kepada kami Musa berkata: telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah berkata: telah menceritakan kepada kami 'Abdul Malik bin 'Umair dari Jabir bin Samrah berkata: 

Penduduk Kufah mengadukan Sa'd (bin Abu Waqash) kepada 'Umar. Maka 'Umar menggantinya dengan 'Ammar. Mereka mengadukan Sa'd kerana dianggap tidak baik dalam solatnya. 

Maka Sa'd dikirim kepada 'Umar dan ditanya: 

"Wahai Abu Ishaq, penduduk Kufah menganggap kamu tidak baik dalam solat?" 

Abu Ishaq menjawab: 

"Demi Allah, aku memimpin solat mereka sebagaimana solatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidaklah aku mengurangi sedikitpun dalam melaksanakan shalat 'Isya bersama mereka. Aku memanjangkan bacaan pada dua rakaat pertama dan aku pendekkan pada dua rakaat yang akhir." 

'Umar berkata: 

"Wahai Abu Ishaq, kami juga menganggap begitu terhadapmu." 

Kemudian 'Umar mengutus seorang atau beberapa orang bersama Sa'd ke Kufah. Orang itu kemudian bertanya kepada para penduduk tentang Sa'd, tidak ada satupun masjid yang dikunjungi tanpa menanyakan tentang Sa'd, mereka semua mengagumi Sa'd dan mengenalnya dengan baik. 

Hingga akhirnya sampai ke sebuah masjid milik bani 'Abs, lalu salah seorang dari mereka yang bernama Usamah bin Qatadah dengan nama panggilan Abu Sa'dah berkata: 

"Jika kalian minta pendapat kami, maka kami katakan bahwa Sa'd adalah seorang yang tidak memudahkan pasukan, bila membagi tidak sama dan tidak adil dalam mengambil keputusan." 

Maka Sa'd berkata: 

"Demi Allah, sungguh aku akan berdo'a dengan tiga do'a: Ya Allah jika dia, hambamu ini, berdusta, dan mengatakan ini dengan maksud riya' atau sum'ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan campakkanlah dia dengan berbagai fitnah." 

Setelah beberapa masa kemudian, orang tersebut bila ditanya mengapa keadaannya jadi sengsara begitu, maka ia menjawab: 

"Aku orang tua renta yang terkena fitnah akibat do'anya Sa'd." 

'Abdul Malik berkata: 

"Aku sendiri melihat kedua alisnya telah panjang ke bawah menutupi kedua matanya, dan sungguh dia tersia-siakan saat berada di jalan-jalan."


Call to Prayers (Adhaan)

Chapter: Recitation of the Qur'an (Surat Al-Fatiha) is compulsory for the Imam and the followers, at the home and on journey, in all As-Salat (the prayers) whether the recitation is done silently or aloud.


The People of Kufa complained against Sa'd to 'Umar and the latter dismissed him and appointed `Ammar as their chief . They lodged many complaints against Sa'd and even they alleged that he did not pray properly. 

'Umar sent for him and said, 

"O Aba 'Is-haq! These people claim that you do not pray properly." 

Abu 'Is-haq said, 

"By Allah, I used to pray with them a prayer similar to that of Allah's Apostle and I never reduced anything of it. I used to prolong the first two rak`at of `Isha prayer and shorten the last two rak`at." 

'Umar said, 

"O Aba 'Is-haq, this was what I thought about you." 

And then he sent one or more persons with him to Kufa so as to ask the people about him. So they went there and did not leave any mosque without asking about him. 

All the people praised him till they came to the mosque of the tribe of Bani `Abs; one of the men called Usama bin Qatada with a surname of Aba Sa`da stood up and said, 

"As you have put us under an oath; I am bound to tell you that Sa'd never went himself with the army and never distributed (the war booty) equally and never did justice in legal verdicts." 

(On hearing it) Sa'd said, 

"I pray to Allah for three things: O Allah! If this slave of yours is a liar and got up for showing off, give him a long life, increase his poverty and put him to trials." (And so it happened). 

Later on when that person was asked how he was, he used to reply that he was an old man in trial as the result of Sa'd's curse. 

'Abdul Malik, the sub narrator, said that he had seen him afterwards and his eyebrows were overhanging his eyes owing to old age and he used to tease and assault the small girls in the way.

In-book reference : Book 10, Hadith 149
USC-MSA web (English) reference : Vol. 1, Book 12, Hadith 722
(deprecated numbering scheme)

*****************************************************

Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Penduduk kota Kuffah melaporkan Sa’ad, yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu kepada ‘Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu. ‘Umar lantas memberhentikannya dari jabatannya, dan mengangkat ‘Ammar bin Yasir sebagai penggantinya. Mereka melaporkan hingga menyebutkan bahwa Sa’ad tidak mengerjakan shalat dengan baik (ketika menjadi imam). Umar kemudian mengutus seseorang kepadanya. Ia berkata, “Hai Abu Ishaq, sesungguhnya mereka berkata bahwa kamu tidak mengerjakan shalat dengan baik!” Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Demi Allah. Sesungguhnya saya telah mengerjakan shalat dengan mereka seperti shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menguranginya. Aku mengerjakan shalat Isya, aku perpanjang dua rakaat pertama dan kupersingkat dua rakaat lainnya.” Umar berkata, “Itulah dugaan kami tentang Anda, hai Abu Ishaq!”

Umar mengutus seseorang atau beberapa orang bersamanya ke kota Kufah untuk menanyakan kebenaran laporan tentang Sa’ad kepada penduduk kota Kufah. Tidak satu masjid pun dilewati, melainkan ia bertanya tentang Sa’ad. Ternyata, mereka memujinya dengan baik. Setelah utusan Umar memasuki masjid Bani ‘Abs, berdirilah seorang lelaki di antara mereka bernama Usamah bin Qatadah, ia dijuluki dengan Abu Sa’dah. Usamah berkata, “Adapun jawaban pertanyaan Anda kepada kami, sesungguhnya Sa’ad tidak pergi bersama pasukan, tidak membagikan pemberian dengan sama rata dan tidak berlaku adil dalam memutuskan perkara.” Sa’ad bin Abi Waqqash berkata setelah mendengar fitnah itu, “Ketahuilah! Demi Allah, aku benar-benar akan berdoa dengan tiga keburukan: “Ya Allah, apabila hamba-Mu ini (Usamah) berdusta, ia melakukannya karena pamer serta mencari popularitas, maka panjangkanlah umurnya dan perlama kemiskinannya, serta hadapkanlah dia kepada banyak bencana.” Setelah itu, setiap kali ditanya, maka Usamah menjawab, “Aku adalah seorang yang sudah tua renta dan ditimpa bencana. Doa Sa’ad bin Abi Waqqash atasku telah dikabulkan.”

Abdul Malik bin Umair perawi hadits ini berkata dari Jabir bin Samurah, “Sesudah itu, aku melihat kedua alis matanya Usamah jatuh di atas kedua matanya karena tua. Ia sengaja menghadang gadis-gadis belia di jalan lalu mencolek tubuh mereka dengan jemarinya.” (Muttafaq ‘alaih).


Faedah hadis

Boleh mengadukan atau melaporkan kezaliman kepada Amirul Mukminin.

Seorang pemimpin hendaknya tidak mengambil keputusan hukum pengadilan hanya berdasar pada pendengaran sepihak, sebelum menyidik dan mendapatkan keterangan dari pihak kedua.

Penyelidikan amirul mukminin terhadap sebuah laporan tidak serta merta membuat cacat para pegawai dan pejabatnya.

Berbicara dengan orang terpandang dengan menggunakan nama kunyah, seperti memanggil dengan Abu Ishaq untuk nama kunyah dari Sa’ad bin Abi Waqqash.

Di setiap zaman terdapat orang yang suka mencari muka, menjelek-jelekkan kebenaran, serta memalsukannya untuk dapat menjatuhkan orang-orang saleh.

Orang yang dizalimi boleh mendoakan orang yang menzaliminya dengan doa yang setimpal.

Allah mengabulkan doa para hamba-Nya yang dizalimi. Terlebih lagi apabila hamba tersebut itu mempunyai tiga sifat baik, yaitu dicintai Allah, kewalian, dan dalam keadaan terzalimi.

Karamah Sa’ad bin Abi Waqqash yaitu doanya mustajab. Doa Sa’ad tersebut menjadi kenyataan sehingga orang yang memfitnahnya panjang umur, miskin, serta tenggelam dalam bencana. 

Di usia tuanya dia suka menggoda gadis-gadis di jalan. Semoga Allah memberi kita keselamatan dalam urusan dunia dan agama, serta mengembalikan kita dalam keadaan terbebas dari kehinaan dan bencana.

Hadits ini menunjukkan bahwa orang-orang yang melaporkan Sa’ad adalah orang-orang Arab pedalaman yang tidak tahu hukum Allah. Mereka menduga kalau panjang setiap rakaat shalat itu harus sama. Oleh karena itu, mereka menyangkal Sa’ad karena memanjangkan dua rakaat pertama.

Dari hadits ini pula dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pendapat yang tidak berdasarkan ilmu dan tidak memiliki sumber hukum adalah pendapat tercela.

Hukum yang dihasilkan melalui qiyas (analogi), tidak dapat dipakai apabila ia bertentangan dengan nash syari.

Boleh membaca surah setelah Al-Fatihah dalam semua rakaat shalat. Karenanya Sa’ad memberitahukan, bahwasanya ia belum pernah sama sekali meninggalkan bacaan surah di dalam shalatnya, kemudian ia mengatakan bahwa shalatnya itu seperti shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Umar bin Al-Khatthab memberhentikan Sa’ad dari tugasnya padahal ia lebih adil daripada orang-orang yang setelahnya hingga hari kiamat. Hal ini dilakukan untuk meredam fitnah serta sebagai bentuk penghormatan kepadanya, mengingat kedekatan Sa’ad ini dengan ‘Umar, di samping Sa’ad adalah salah satu anggota dewan syura.

Hadits ini juga menerangkan bahwa seorang kepala negara boleh memecat sebagian bawahannya apabila ada laporan yang tidak baik sekalipun laporan itu belum positif kebenarannya, apabila keputusan itu mengandung kemaslahatan syari. Allah Mahatinggi, Maha Mengetahui, Mahaperkasa, lagi Mahabijaksana.


**********************************************

[Kenapa Tidak Doa Baik-Baik Saja?]

Seringkali terdengar soalan ini apabila doa agar balasan setimpal kepada si zalim diucapkan. Saya ingin nyatakan seperti berikut:

1. Nabi sallallah alaih wasallam bersabda:

واتقِ دعوةَ المظلومِ ، فإنه ليس بينَه وبين اللهِ حجابٌ.

Maksudnya: takutlah kamu dengan dia orang yang dizalimi kerana tiada hijab antara dia dengan Allah. (HR BUKHARI)

Bila Nabi sallallah alaih wasallam mengingatkan supaya takut kepada doa orang yang dizalimi maksudnya orang yang dizalimi boleh berdoa supaya si penzalimnya dikenakan bala bencana atas kezalimannya.

2. Nabi sallallah alaih wasallam sendiri pernah berdoa supaya Allah mengambil tindakan kepada orang yang menzalimi baginda sewaktu baginda solat dengan meletakkan kotoran unta di atas badan baginda. Imam Bukhari meriwayatkan bahawa Nabi berdoa:

اللهم عليك بقريش، اللهم عليك بقريش، اللهم عليك بقريش . ثم سمى : اللهم عليك بعمرو بن هشام، وعتبة بن ربيعة، وشيبة بن ربيعة، والوليد بن عتبة، وأمية بن خلف، وعقبة بن أبي معيط، وعمارة بن الوليد

Maksudnya: Ya Allah ambillah tindakan kepada Quraisy, Ya Allah ambillah tindakan kepada Quraisy. Kemudian Nabi menyebut nama mereka: Ya Allah ambillah tindakan kepada Amru bin Hisyam (Abu Jahal), Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, Uqbah bin Abi Mu'ait dan Imarah bin al-Walid.

Kata Ibn Mas'ud: demi Allah, aku melihat kesemua mereka diseret (dalam keadaan mayat) ke telaga Badar.

Benar baginda pernah berdoa supaya Abu Jahal diberikan hidayah, orang Taif diberikan hidayah. Namun, kali ini baginda berdoa supaya dia diambil tindakan. Mengapa begitu? Kerana kejahatan melampaui batas dan berulang-ulang.

3. Said bin Zaid (antara 10 sahabat yang dijamin syurga) berdoa supaya Allah menurunkan bala kepada Arwa binti Aus yang memfitnahnya mencuri tanah. Zaid berdoa:

اللهم ! إن كانت كاذبةً فاعْمِ بصرها واقتلها في أرضها

Maksudnya: Ya Allah jika dia ini menipu, butakan matanya dan bunuh dia di tanahnya. (HR Muslim)

Allah makbulkan doa Said bin Zaid ini.

4. Saad bin Abi Waqqas (antara 10 sahabat yang dijamin syurga) juga pernah berdoa supaya Allah menurunkan bala kepada Usamah bin Qatadah yang memfitnahnya:

أما والله لأدعون بثلاث : اللهم إن كان عبدك هذا كاذبا ، قام رياء وسمعة ، فأطل عمره ، واطل فقره ، وعرضه بالفتن

Maksudnya: Demi Allah, saya ingin berdoa meminta 3 perkara: Ya Allah, jika hamba-Mu ini berbohong, bangun memfitnah kerana riyak dan inginkan nama, maka panjangkan umurnya, panjangkan kefakirannya dan dedahkan dia dengan bala bencana. (HR Bukhari)

Allah makbulkan doanya.


Komentar saya:

1. Semua riwayat di atas membuktikan bahawa doa orang yang dizalimi dibenarkan syara' dan ia adalah haknya. Maka tidak perlu dipersoalkan mengapa berdoa begitu, kenapa tidak berdoa yang baik-baik saja.

2. Berdoa supaya diberikan hidayah itu bagus, namun jika pemfitnah atau penzalim melampau dalam kezalimannya maka tidak salah orang yang dizalimi untuk berdoa supaya diturunkan bala ke atasnya.

3. Doa supaya diturunkan bala kepada pemfitnah pernah diucapkan oleh 2 orang sahabat yang dijamin syurga. Mereka tentunya lebih faham agama dari kita.

4. Sepatutnya kita bukan bertanya kenapa berdoa diturunkan bala kerana itu sememang haknya, sebaliknya kita lebih patut bertanya kepada si penzalim dan pemfitnah:

Kenapa kamu melakukan fitnah dan zalim?!! Fahamilah.

Dr Rozaimi Ramle

***********************************************

HADIS BERKAITAN


الأذان
وجوب القراءة للإمام والمأموم في الصلوات كلها في الحضر

صحيح البخاري ٧١٦

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ سَعْدٌ كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ لَا أَخْرِمُ عَنْهَا أَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأَحْذِفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ذَلِكَ الظَّنُّ بِكَ


KITAB ADZAN
Bab Wajibnya Membaca (Al Fatihah) Bagi Imam dan Ma'mum dalam Setiap Solat, Baik Ketika Muqim Mahupun Bepergian, Baik Solat yang Suara Dikeraskan Maupun Perlahan


Telah menceritakan kepada kami Abu An Nu'man berkata: telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari 'Abdul Malik bin 'Umair dari Jabir bin Samrah berkata: Sa'd berkata: "Aku pernah mengimami mereka di antara dua solat pada malam hari (Maghrib atau Isya) sebagaimana solatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku tidak mengurangi sedikitpun. Aku memanjangkan bacaan pada dua rakaat pertama dan aku pendekkan pada dua rakaat yang akhir." 'Umar radhiallahu 'anhu lalu berkata: "Begitulah anggapan kami terhadapmu."



الصلاة
القراءة في الظهر والعصر

صحيح مسلم ٦٨٩

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ شَكَوْا سَعْدًا إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَذَكَرُوا مِنْ صَلَاتِهِ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ عُمَرُ فَقَدِمَ عَلَيْهِ فَذَكَرَ لَهُ مَا عَابُوهُ بِهِ مِنْ أَمْرِ الصَّلَاةِ فَقَالَ إِنِّي لَأُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَخْرِمُ عَنْهَا إِنِّي لَأَرْكُدُ بِهِمْ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأَحْذِفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ فَقَالَ ذَاكَ الظَّنُّ بِكَ أَبَا إِسْحَقَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ

KITAB SOLAT
Bab Bacaan dalam shalat zhuhur dan asar


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Husyaim dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir bin Samurah "Bahwa penduduk Kufah mengadukan Sa'ad kepada Umar bin al-Khaththab lalu mereka menyebutkan sebagian dari (kejelekan) shalatnya. Lalu Umar mengirim utusan kepadanya. Utusan tersebut menghadapnya dan menceritakan celaan penduduk Kufah tentang shalatnya. Maka Sa'ad menjawab, 'aku shalat mengimami mereka dengan shalat (yang dilakukan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Saya tidak menguranginya. aku memanjangkannya pada dua rakaat pertama, dan memendekkan dua rakaat lainnya.' Dia berkata: '(Berarti) itu hanyalah prasangka buruk mereka terhadapmu wahai Abu Ishaq'." Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Ishaq bin Ibrahim dari Jarir dari Abdul Malik bin Umair dengan isnad ini.


مسند العشرة المبشرين بالجنة
مسند أبي إسحاق سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه

مسند أحمد ١٤٧٥

حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ شَكَا أَهْلُ الْكُوفَةِ سَعْدًا إِلَى عُمَرَ فَقَالُوا لَا يُحْسِنُ يُصَلِّي فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لَهُ فَقَالَ أَمَّا صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ أَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأَحْذِفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ فَقَالَ ذَاكَ الظَّنُّ بِكَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ

KITAB MUSNAD SEPULUH SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SYURGA
Bab Musnad Abu Ishaq Sa'd bin Abu Waqqash Radhiyallahu 'anhu


Telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid dari 'Abdul Malik bin 'Umair dari Jabir bin Samurah berkata: "Penduduk Kufah mengadukan Sa'd kepada Umar, mereka berkata: "Dia tidak baik dalam shalatnya." Lalu Umar menanyakan kepadanya, dan Sa'd menjawab: "Sungguh seperti shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang saya (lakukan ketika) mengimami mereka, dengan memanjangkan dua (raka'at) pertama dan meringankan dua (raka'at) terakhir." Maka Umar berkata: "Itulah yang menjadi perkiraanku, Wahai Abu Ishaq"