MeTaLoYaL

tHe diFFErent isnt AlwaYz better But THE besT is always Different..

Monday, June 10, 2024

SAHIH BUKHARI 713 (755) : DOA SAAD BIN ABI WAQQASH YANG DIZALIMI, MEMANJANGKAN BACAAN DALAM 2 RAKAAT PERTAMA DAN MEMENDEKKAN DALAM 2 RAKAAT TERAKHIR

الأذان
وجوب القراءة للإمام والمأموم في الصلوات كلها في الحضر

صحيح البخاري ٧١٣

حَدَّثَنَا مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ شَكَا أَهْلُ الْكُوفَةِ سَعْدًا إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَعَزَلَهُ وَاسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ عَمَّارًا فَشَكَوْا حَتَّى ذَكَرُوا أَنَّهُ لَا يُحْسِنُ يُصَلِّي فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ إِنَّ هَؤُلَاءِ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ لَا تُحْسِنُ تُصَلِّي قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ أَمَّا أَنَا وَاللَّهِ فَإِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَخْرِمُ عَنْهَا أُصَلِّي صَلَاةَ الْعِشَاءِ فَأَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأُخِفُّ فِي الْأُخْرَيَيْنِ قَالَ ذَاكَ الظَّنُّ بِكَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ فَأَرْسَلَ مَعَهُ رَجُلًا أَوْ رِجَالًا إِلَى الْكُوفَةِ فَسَأَلَ عَنْهُ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَلَمْ يَدَعْ مَسْجِدًا إِلَّا سَأَلَ عَنْهُ وَيُثْنُونَ مَعْرُوفًا حَتَّى دَخَلَ مَسْجِدًا لِبَنِي عَبْسٍ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ أُسَامَةُ بْنُ قَتَادَةَ يُكْنَى أَبَا سَعْدَةَ قَالَ أَمَّا إِذْ نَشَدْتَنَا فَإِنَّ سَعْدًا كَانَ لَا يَسِيرُ بِالسَّرِيَّةِ وَلَا يَقْسِمُ بِالسَّوِيَّةِ وَلَا يَعْدِلُ فِي الْقَضِيَّةِ

 قَالَ سَعْدٌ أَمَا وَاللَّهِ لَأَدْعُوَنَّ بِثَلَاثٍ

 اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً فَأَطِلْ عُمْرَهُ وَأَطِلْ فَقْرَهُ وَعَرِّضْهُ بِالْفِتَنِ

 وَكَانَ بَعْدُ إِذَا سُئِلَ يَقُولُ شَيْخٌ كَبِيرٌ مَفْتُونٌ أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعْدٍ

 قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ فَأَنَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ مِنْ الْكِبَرِ وَإِنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوَارِي فِي الطُّرُقِ يَغْمِزُهُنَّ

KITAB ADZAN
Bab Wajibnya Membaca (Al Fatihah) Bagi Imam dan Ma'mum dalam Setiap Solat, Baik Ketika Mukim Mahupun Bepergian, Baik Solat yang Suara Dikeraskan Mahupun Perlahan


Telah menceritakan kepada kami Musa berkata: telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah berkata: telah menceritakan kepada kami 'Abdul Malik bin 'Umair dari Jabir bin Samrah berkata: 

Penduduk Kufah mengadukan Sa'd (bin Abu Waqash) kepada 'Umar. Maka 'Umar menggantinya dengan 'Ammar. Mereka mengadukan Sa'd kerana dianggap tidak baik dalam solatnya. 

Maka Sa'd dikirim kepada 'Umar dan ditanya: 

"Wahai Abu Ishaq, penduduk Kufah menganggap kamu tidak baik dalam solat?" 

Abu Ishaq menjawab: 

"Demi Allah, aku memimpin solat mereka sebagaimana solatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidaklah aku mengurangi sedikitpun dalam melaksanakan shalat 'Isya bersama mereka. Aku memanjangkan bacaan pada dua rakaat pertama dan aku pendekkan pada dua rakaat yang akhir." 

'Umar berkata: 

"Wahai Abu Ishaq, kami juga menganggap begitu terhadapmu." 

Kemudian 'Umar mengutus seorang atau beberapa orang bersama Sa'd ke Kufah. Orang itu kemudian bertanya kepada para penduduk tentang Sa'd, tidak ada satupun masjid yang dikunjungi tanpa menanyakan tentang Sa'd, mereka semua mengagumi Sa'd dan mengenalnya dengan baik. 

Hingga akhirnya sampai ke sebuah masjid milik bani 'Abs, lalu salah seorang dari mereka yang bernama Usamah bin Qatadah dengan nama panggilan Abu Sa'dah berkata: 

"Jika kalian minta pendapat kami, maka kami katakan bahwa Sa'd adalah seorang yang tidak memudahkan pasukan, bila membagi tidak sama dan tidak adil dalam mengambil keputusan." 

Maka Sa'd berkata: 

"Demi Allah, sungguh aku akan berdo'a dengan tiga do'a: Ya Allah jika dia, hambamu ini, berdusta, dan mengatakan ini dengan maksud riya' atau sum'ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan campakkanlah dia dengan berbagai fitnah." 

Setelah beberapa masa kemudian, orang tersebut bila ditanya mengapa keadaannya jadi sengsara begitu, maka ia menjawab: 

"Aku orang tua renta yang terkena fitnah akibat do'anya Sa'd." 

'Abdul Malik berkata: 

"Aku sendiri melihat kedua alisnya telah panjang ke bawah menutupi kedua matanya, dan sungguh dia tersia-siakan saat berada di jalan-jalan."


Call to Prayers (Adhaan)

Chapter: Recitation of the Qur'an (Surat Al-Fatiha) is compulsory for the Imam and the followers, at the home and on journey, in all As-Salat (the prayers) whether the recitation is done silently or aloud.


The People of Kufa complained against Sa'd to 'Umar and the latter dismissed him and appointed `Ammar as their chief . They lodged many complaints against Sa'd and even they alleged that he did not pray properly. 

'Umar sent for him and said, 

"O Aba 'Is-haq! These people claim that you do not pray properly." 

Abu 'Is-haq said, 

"By Allah, I used to pray with them a prayer similar to that of Allah's Apostle and I never reduced anything of it. I used to prolong the first two rak`at of `Isha prayer and shorten the last two rak`at." 

'Umar said, 

"O Aba 'Is-haq, this was what I thought about you." 

And then he sent one or more persons with him to Kufa so as to ask the people about him. So they went there and did not leave any mosque without asking about him. 

All the people praised him till they came to the mosque of the tribe of Bani `Abs; one of the men called Usama bin Qatada with a surname of Aba Sa`da stood up and said, 

"As you have put us under an oath; I am bound to tell you that Sa'd never went himself with the army and never distributed (the war booty) equally and never did justice in legal verdicts." 

(On hearing it) Sa'd said, 

"I pray to Allah for three things: O Allah! If this slave of yours is a liar and got up for showing off, give him a long life, increase his poverty and put him to trials." (And so it happened). 

Later on when that person was asked how he was, he used to reply that he was an old man in trial as the result of Sa'd's curse. 

'Abdul Malik, the sub narrator, said that he had seen him afterwards and his eyebrows were overhanging his eyes owing to old age and he used to tease and assault the small girls in the way.

In-book reference : Book 10, Hadith 149
USC-MSA web (English) reference : Vol. 1, Book 12, Hadith 722
(deprecated numbering scheme)

*****************************************************

Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Penduduk kota Kuffah melaporkan Sa’ad, yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu kepada ‘Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu. ‘Umar lantas memberhentikannya dari jabatannya, dan mengangkat ‘Ammar bin Yasir sebagai penggantinya. Mereka melaporkan hingga menyebutkan bahwa Sa’ad tidak mengerjakan shalat dengan baik (ketika menjadi imam). Umar kemudian mengutus seseorang kepadanya. Ia berkata, “Hai Abu Ishaq, sesungguhnya mereka berkata bahwa kamu tidak mengerjakan shalat dengan baik!” Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Demi Allah. Sesungguhnya saya telah mengerjakan shalat dengan mereka seperti shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menguranginya. Aku mengerjakan shalat Isya, aku perpanjang dua rakaat pertama dan kupersingkat dua rakaat lainnya.” Umar berkata, “Itulah dugaan kami tentang Anda, hai Abu Ishaq!”

Umar mengutus seseorang atau beberapa orang bersamanya ke kota Kufah untuk menanyakan kebenaran laporan tentang Sa’ad kepada penduduk kota Kufah. Tidak satu masjid pun dilewati, melainkan ia bertanya tentang Sa’ad. Ternyata, mereka memujinya dengan baik. Setelah utusan Umar memasuki masjid Bani ‘Abs, berdirilah seorang lelaki di antara mereka bernama Usamah bin Qatadah, ia dijuluki dengan Abu Sa’dah. Usamah berkata, “Adapun jawaban pertanyaan Anda kepada kami, sesungguhnya Sa’ad tidak pergi bersama pasukan, tidak membagikan pemberian dengan sama rata dan tidak berlaku adil dalam memutuskan perkara.” Sa’ad bin Abi Waqqash berkata setelah mendengar fitnah itu, “Ketahuilah! Demi Allah, aku benar-benar akan berdoa dengan tiga keburukan: “Ya Allah, apabila hamba-Mu ini (Usamah) berdusta, ia melakukannya karena pamer serta mencari popularitas, maka panjangkanlah umurnya dan perlama kemiskinannya, serta hadapkanlah dia kepada banyak bencana.” Setelah itu, setiap kali ditanya, maka Usamah menjawab, “Aku adalah seorang yang sudah tua renta dan ditimpa bencana. Doa Sa’ad bin Abi Waqqash atasku telah dikabulkan.”

Abdul Malik bin Umair perawi hadits ini berkata dari Jabir bin Samurah, “Sesudah itu, aku melihat kedua alis matanya Usamah jatuh di atas kedua matanya karena tua. Ia sengaja menghadang gadis-gadis belia di jalan lalu mencolek tubuh mereka dengan jemarinya.” (Muttafaq ‘alaih).


Faedah hadis

Boleh mengadukan atau melaporkan kezaliman kepada Amirul Mukminin.

Seorang pemimpin hendaknya tidak mengambil keputusan hukum pengadilan hanya berdasar pada pendengaran sepihak, sebelum menyidik dan mendapatkan keterangan dari pihak kedua.

Penyelidikan amirul mukminin terhadap sebuah laporan tidak serta merta membuat cacat para pegawai dan pejabatnya.

Berbicara dengan orang terpandang dengan menggunakan nama kunyah, seperti memanggil dengan Abu Ishaq untuk nama kunyah dari Sa’ad bin Abi Waqqash.

Di setiap zaman terdapat orang yang suka mencari muka, menjelek-jelekkan kebenaran, serta memalsukannya untuk dapat menjatuhkan orang-orang saleh.

Orang yang dizalimi boleh mendoakan orang yang menzaliminya dengan doa yang setimpal.

Allah mengabulkan doa para hamba-Nya yang dizalimi. Terlebih lagi apabila hamba tersebut itu mempunyai tiga sifat baik, yaitu dicintai Allah, kewalian, dan dalam keadaan terzalimi.

Karamah Sa’ad bin Abi Waqqash yaitu doanya mustajab. Doa Sa’ad tersebut menjadi kenyataan sehingga orang yang memfitnahnya panjang umur, miskin, serta tenggelam dalam bencana. 

Di usia tuanya dia suka menggoda gadis-gadis di jalan. Semoga Allah memberi kita keselamatan dalam urusan dunia dan agama, serta mengembalikan kita dalam keadaan terbebas dari kehinaan dan bencana.

Hadits ini menunjukkan bahwa orang-orang yang melaporkan Sa’ad adalah orang-orang Arab pedalaman yang tidak tahu hukum Allah. Mereka menduga kalau panjang setiap rakaat shalat itu harus sama. Oleh karena itu, mereka menyangkal Sa’ad karena memanjangkan dua rakaat pertama.

Dari hadits ini pula dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pendapat yang tidak berdasarkan ilmu dan tidak memiliki sumber hukum adalah pendapat tercela.

Hukum yang dihasilkan melalui qiyas (analogi), tidak dapat dipakai apabila ia bertentangan dengan nash syari.

Boleh membaca surah setelah Al-Fatihah dalam semua rakaat shalat. Karenanya Sa’ad memberitahukan, bahwasanya ia belum pernah sama sekali meninggalkan bacaan surah di dalam shalatnya, kemudian ia mengatakan bahwa shalatnya itu seperti shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Umar bin Al-Khatthab memberhentikan Sa’ad dari tugasnya padahal ia lebih adil daripada orang-orang yang setelahnya hingga hari kiamat. Hal ini dilakukan untuk meredam fitnah serta sebagai bentuk penghormatan kepadanya, mengingat kedekatan Sa’ad ini dengan ‘Umar, di samping Sa’ad adalah salah satu anggota dewan syura.

Hadits ini juga menerangkan bahwa seorang kepala negara boleh memecat sebagian bawahannya apabila ada laporan yang tidak baik sekalipun laporan itu belum positif kebenarannya, apabila keputusan itu mengandung kemaslahatan syari. Allah Mahatinggi, Maha Mengetahui, Mahaperkasa, lagi Mahabijaksana.


**********************************************

[Kenapa Tidak Doa Baik-Baik Saja?]

Seringkali terdengar soalan ini apabila doa agar balasan setimpal kepada si zalim diucapkan. Saya ingin nyatakan seperti berikut:

1. Nabi sallallah alaih wasallam bersabda:

واتقِ دعوةَ المظلومِ ، فإنه ليس بينَه وبين اللهِ حجابٌ.

Maksudnya: takutlah kamu dengan dia orang yang dizalimi kerana tiada hijab antara dia dengan Allah. (HR BUKHARI)

Bila Nabi sallallah alaih wasallam mengingatkan supaya takut kepada doa orang yang dizalimi maksudnya orang yang dizalimi boleh berdoa supaya si penzalimnya dikenakan bala bencana atas kezalimannya.

2. Nabi sallallah alaih wasallam sendiri pernah berdoa supaya Allah mengambil tindakan kepada orang yang menzalimi baginda sewaktu baginda solat dengan meletakkan kotoran unta di atas badan baginda. Imam Bukhari meriwayatkan bahawa Nabi berdoa:

اللهم عليك بقريش، اللهم عليك بقريش، اللهم عليك بقريش . ثم سمى : اللهم عليك بعمرو بن هشام، وعتبة بن ربيعة، وشيبة بن ربيعة، والوليد بن عتبة، وأمية بن خلف، وعقبة بن أبي معيط، وعمارة بن الوليد

Maksudnya: Ya Allah ambillah tindakan kepada Quraisy, Ya Allah ambillah tindakan kepada Quraisy. Kemudian Nabi menyebut nama mereka: Ya Allah ambillah tindakan kepada Amru bin Hisyam (Abu Jahal), Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, Uqbah bin Abi Mu'ait dan Imarah bin al-Walid.

Kata Ibn Mas'ud: demi Allah, aku melihat kesemua mereka diseret (dalam keadaan mayat) ke telaga Badar.

Benar baginda pernah berdoa supaya Abu Jahal diberikan hidayah, orang Taif diberikan hidayah. Namun, kali ini baginda berdoa supaya dia diambil tindakan. Mengapa begitu? Kerana kejahatan melampaui batas dan berulang-ulang.

3. Said bin Zaid (antara 10 sahabat yang dijamin syurga) berdoa supaya Allah menurunkan bala kepada Arwa binti Aus yang memfitnahnya mencuri tanah. Zaid berdoa:

اللهم ! إن كانت كاذبةً فاعْمِ بصرها واقتلها في أرضها

Maksudnya: Ya Allah jika dia ini menipu, butakan matanya dan bunuh dia di tanahnya. (HR Muslim)

Allah makbulkan doa Said bin Zaid ini.

4. Saad bin Abi Waqqas (antara 10 sahabat yang dijamin syurga) juga pernah berdoa supaya Allah menurunkan bala kepada Usamah bin Qatadah yang memfitnahnya:

أما والله لأدعون بثلاث : اللهم إن كان عبدك هذا كاذبا ، قام رياء وسمعة ، فأطل عمره ، واطل فقره ، وعرضه بالفتن

Maksudnya: Demi Allah, saya ingin berdoa meminta 3 perkara: Ya Allah, jika hamba-Mu ini berbohong, bangun memfitnah kerana riyak dan inginkan nama, maka panjangkan umurnya, panjangkan kefakirannya dan dedahkan dia dengan bala bencana. (HR Bukhari)

Allah makbulkan doanya.


Komentar saya:

1. Semua riwayat di atas membuktikan bahawa doa orang yang dizalimi dibenarkan syara' dan ia adalah haknya. Maka tidak perlu dipersoalkan mengapa berdoa begitu, kenapa tidak berdoa yang baik-baik saja.

2. Berdoa supaya diberikan hidayah itu bagus, namun jika pemfitnah atau penzalim melampau dalam kezalimannya maka tidak salah orang yang dizalimi untuk berdoa supaya diturunkan bala ke atasnya.

3. Doa supaya diturunkan bala kepada pemfitnah pernah diucapkan oleh 2 orang sahabat yang dijamin syurga. Mereka tentunya lebih faham agama dari kita.

4. Sepatutnya kita bukan bertanya kenapa berdoa diturunkan bala kerana itu sememang haknya, sebaliknya kita lebih patut bertanya kepada si penzalim dan pemfitnah:

Kenapa kamu melakukan fitnah dan zalim?!! Fahamilah.

Dr Rozaimi Ramle

***********************************************

HADIS BERKAITAN


الأذان
وجوب القراءة للإمام والمأموم في الصلوات كلها في الحضر

صحيح البخاري ٧١٦

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ سَعْدٌ كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ لَا أَخْرِمُ عَنْهَا أَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأَحْذِفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ذَلِكَ الظَّنُّ بِكَ


KITAB ADZAN
Bab Wajibnya Membaca (Al Fatihah) Bagi Imam dan Ma'mum dalam Setiap Solat, Baik Ketika Muqim Mahupun Bepergian, Baik Solat yang Suara Dikeraskan Maupun Perlahan


Telah menceritakan kepada kami Abu An Nu'man berkata: telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari 'Abdul Malik bin 'Umair dari Jabir bin Samrah berkata: Sa'd berkata: "Aku pernah mengimami mereka di antara dua solat pada malam hari (Maghrib atau Isya) sebagaimana solatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku tidak mengurangi sedikitpun. Aku memanjangkan bacaan pada dua rakaat pertama dan aku pendekkan pada dua rakaat yang akhir." 'Umar radhiallahu 'anhu lalu berkata: "Begitulah anggapan kami terhadapmu."



الصلاة
القراءة في الظهر والعصر

صحيح مسلم ٦٨٩

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ شَكَوْا سَعْدًا إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَذَكَرُوا مِنْ صَلَاتِهِ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ عُمَرُ فَقَدِمَ عَلَيْهِ فَذَكَرَ لَهُ مَا عَابُوهُ بِهِ مِنْ أَمْرِ الصَّلَاةِ فَقَالَ إِنِّي لَأُصَلِّي بِهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَخْرِمُ عَنْهَا إِنِّي لَأَرْكُدُ بِهِمْ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأَحْذِفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ فَقَالَ ذَاكَ الظَّنُّ بِكَ أَبَا إِسْحَقَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ

KITAB SOLAT
Bab Bacaan dalam shalat zhuhur dan asar


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Husyaim dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir bin Samurah "Bahwa penduduk Kufah mengadukan Sa'ad kepada Umar bin al-Khaththab lalu mereka menyebutkan sebagian dari (kejelekan) shalatnya. Lalu Umar mengirim utusan kepadanya. Utusan tersebut menghadapnya dan menceritakan celaan penduduk Kufah tentang shalatnya. Maka Sa'ad menjawab, 'aku shalat mengimami mereka dengan shalat (yang dilakukan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Saya tidak menguranginya. aku memanjangkannya pada dua rakaat pertama, dan memendekkan dua rakaat lainnya.' Dia berkata: '(Berarti) itu hanyalah prasangka buruk mereka terhadapmu wahai Abu Ishaq'." Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Ishaq bin Ibrahim dari Jarir dari Abdul Malik bin Umair dengan isnad ini.


مسند العشرة المبشرين بالجنة
مسند أبي إسحاق سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه

مسند أحمد ١٤٧٥

حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ شَكَا أَهْلُ الْكُوفَةِ سَعْدًا إِلَى عُمَرَ فَقَالُوا لَا يُحْسِنُ يُصَلِّي فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لَهُ فَقَالَ أَمَّا صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ أَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأَحْذِفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ فَقَالَ ذَاكَ الظَّنُّ بِكَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ

KITAB MUSNAD SEPULUH SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SYURGA
Bab Musnad Abu Ishaq Sa'd bin Abu Waqqash Radhiyallahu 'anhu


Telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid dari 'Abdul Malik bin 'Umair dari Jabir bin Samurah berkata: "Penduduk Kufah mengadukan Sa'd kepada Umar, mereka berkata: "Dia tidak baik dalam shalatnya." Lalu Umar menanyakan kepadanya, dan Sa'd menjawab: "Sungguh seperti shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang saya (lakukan ketika) mengimami mereka, dengan memanjangkan dua (raka'at) pertama dan meringankan dua (raka'at) terakhir." Maka Umar berkata: "Itulah yang menjadi perkiraanku, Wahai Abu Ishaq"





No comments:

Post a Comment