MeTaLoYaL

tHe diFFErent isnt AlwaYz better But THE besT is always Different..

Saturday, September 3, 2022

SAHIH MUSLIM 1730 (1044) - TIGA GOLONGAN YANG BOLEH MEMINTA-MINTA

كتاب الزكاة
Kitab: Zakat
The Book of Zakat


باب مَنْ تَحِلُّ لَهُ الْمَسْأَلَةُ
Bab : Bilakah seseorang boleh meminta 
Chapter: The one for whom it is permissible to ask for help

SAHIH MUSLIM 1730 (1044)


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ هَارُونَ بْنِ رِيَابٍ حَدَّثَنِي كِنَانَةُ بْنُ نُعَيْمٍ الْعَدَوِيُّ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ الْهِلَالِيِّ قَالَ 

تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْأَلُهُ فِيهَا فَقَالَ أَقِمْ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ بِهَا قَالَ ثُمَّ قَالَ 

يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ 

رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ 

وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ 

وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ 

فَمَا سِوَاهُنَّ مِنْ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا



Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Qutaibah bin Sa'id keduanya dari Hammad bin Zaid - Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Harun bin Riyab telah menceritakan kepadaku Kinanah bin Nu'aim Al 'Adawi dari Qabishah bin Mukhariq Al Hilali ia berkata; 

Aku pernah menanggung hutang (untuk mendamaikan dua kabilah yang saling sengketa). Lalu aku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, meminta bantuan beliau untuk membayarnya. 

Beliau menjawab: "Tunggulah sampai orang datang mengantarkan zakat, nanti kusuruh menyerahkannya kepadamu." 

Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: "Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh (tidak halal) kecuali untuk tiga golongan. 

(Satu) orang yang menanggung hutang (gharim, untuk mendamaikan dua orang yang saling bersengketa atau seumpanya). Maka orang itu boleh meminta-minta, sehingga hutangnya lunas. Bila hutangnya telah lunas, maka tidak boleh lagi ia meminta-meminta. 

(Dua) orang yang terkena bencana, sehingga harta bendanya musnah. Orang itu boleh meminta-minta sampai dia memperoleh sumber kehidupan yang layak baginya. 

(Tiga) orang yang ditimpa kemiskinan, (disaksikan atau diketahui oleh tiga orang yang dipercayai bahwa dia memang miskin). Orang itu boleh meminta-minta, sampai dia memperoleh sumber penghidupan yang layak. 

Selain tiga golongan itu, haram baginya untuk meminta-minta, dan haram pula baginya memakan hasil meminta-minta itu." 

كتاب الزكاة




I was under debt and I came to the Messenger of Allah (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) and begged from him regarding it. 

He said: Wait till we receive Sadaqa, so that we order that to be given to you. 

He again said: Qabisa, begging is not permissible but for one of the three (classes) of persons: 

one who has incurred debt, for him begging is permissible till he pays that off, after which he must stop it; 

a man whose property has been destroyed by a calamity which has smitten him, for him begging is permissible till he gets what will support life, or will provide him reasonable subsistence; 

and a person who has been smitten by poverty. the genuineness of which is confirmed by three intelligent members of this peoples for him begging is permissible till he gets what will support him, or will provide him subsistence. 

Qabisa, besides these three (every other reason) for begging is forbidden, and one who engages in such consumes that what is forbidden.


Reference : Sahih Muslim 1044
In-book reference : Book 12, Hadith 141
USC-MSA web (English) reference : Book 5, Hadith 2271
(deprecated numbering scheme)




***********************************



********************************************

Hadits Terkait:


Hadits Sunan Abu Daud No. 1397
Kitab: Zakat
Bab: Kapan seseorang dibolehkan untuk meminta-minta

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ هَارُونَ بْنِ رِئَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي كِنَانَةُ بْنُ نُعَيْمٍ الْعَدَوِيُّ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ الْهِلَالِيِّ قَالَ
تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَقِمْ يَا قَبِيصَةُ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ بِهَا ثُمَّ قَالَ يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ فَسَأَلَ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ فَاجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ فَسَأَلَ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُولَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَى مِنْ قَوْمِهِ قَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا الْفَاقَةُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ فَسَأَلَ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ ثُمَّ يُمْسِكُ وَمَا سِوَاهُنَّ مِنْ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتٌ يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا

Telah menceritakan kepada Kami Musaddad telah menceritakan kepada Kami Hammad bin Zaid, dari Harun bin Riab, ia berkata; ia berkata; telah menceritakan kepadaku Kinanah bin Nu'aim Al 'Adawi dari Qabishah bin Mukhariq Al Hilali, ia berkata; saya menanggung sebuah denda kemudian datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya kepadanya mengenai hal tersebut. Kemudian beliau berkata: "Bangunlah wahai Qabishah hingga datang zakat kepada Kami kemudian Kami perintahkan agar diberikan kepadamu." Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai Qabishah, sesungguhnya sedekah tidaklah halal kecuali bagi salah satu dari tiga orang yaitu; orang yang menanggung denda maka halal baginya untuk meminta-minta, kemudian meminta-minta hingga ia mendapatkannya kemudian ia menahan diri dari meminta-minta, dan seorang laki-laki yang tertimpa bencana hingga menghancurkan hartanya, maka halal baginya untuk meminta-minta, kemudian ia meminta-minta hingga mendapatkan penopang hidup kemudian menahan diri dari meminta-minta. Dan seorang laki-laki yang tertimpa kemiskinan hingga terdapat tiga orang yang bijaksana dari kaumnya bersaksi bahwa Fulan telah tertimpa kemiskinan. Maka halal baginya untuk meminta-minta hingga ia mendapatkan penopang hidup, dan sikap meminta-minta selain itu wahai Qabishah adalah perbuatan haram yang dimakan pelakunya sebagai sesuatu yang haram."


Hadits Sunan Nasa'i No. 2532
Kitab: Zakat
Bab: Bersedekah kepada orang yang menanggung beban hutang, diyat, atau lainnya

أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبِ بْنِ عَرَبِيٍّ عَنْ حَمَّادٍ عَنْ هَارُونَ بْنِ رِئَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي كِنَانَةُ بْنُ نُعَيْمٍ ح و أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ هَارُونَ عَنْ كِنَانَةَ بْنِ نُعَيْمٍ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ قَالَ
تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْتُهُ فِيهَا فَقَالَ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِثَلَاثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ بِحَمَالَةٍ بَيْنَ قَوْمٍ فَسَأَلَ فِيهَا حَتَّى يُؤَدِّيَهَا ثُمَّ يُمْسِكَ

Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib bin 'Arabi dari Hammad dari Harun bin Riab dia berkata; Telah menceritakan kepadaku Kinanah bin Nu'aim; (Demikian juga diriwayatkan dari jalur lain), Dan telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr dan lafazh ini miliknya; dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Ayyub dari Harun dari Kinanah bin Nu'aim dari Qabishah bin Mukhariq dia berkata; Aku merasa terbebani dengan tanggunganku (berupa diat, atau hutang), lalu aku mendatangi Nabi ﷺ, aku bertanya kepadanya tentang penyelesaiannya, beliau menjawab: "Sesungguhnya permintaan itu tidak halal kecuali bagi tiga orang; yaitu orang laki-laki yang mempunyai tanggungan bagi kaumnya, lalu ia meminta-minta hingga ia dapat menyelesaikan tanggungannya, setelah itu ia berhenti (untuk meminta-minta)."



Hadits Sunan Nasa'i No. 2533
Kitab: Zakat
Bab: Bersedekah kepada orang yang menanggung beban hutang, diyat, atau lainnya

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ النَّضْرِ بْنِ مُسَاوِرٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ هَارُونَ بْنِ رِئَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي كِنَانَةُ بْنُ نُعَيْمٍ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ قَالَ
تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْأَلُهُ فِيهَا فَقَالَ أَقِمْ يَا قَبِيصَةُ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ قَالَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ فَاجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكَ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَشْهَدَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ قَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ فَمَا سِوَى هَذَا مِنْ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتٌ يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin An Nadlr bin Musawir dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad dari Harun bin Ri'ab dia berkata; Telah menceritakan kepadaku Kinanah bin Nu'aim dari Qabishah bin Mukhariq dia berkata; Aku mempunyai beban tanggungan (hutang, atau diat), maka aku mendatangi Rasulullah ﷺ untuk minta penyelesaiannya. Beliau berkata: "Berdirilah wahai Qabisah hingga datang kepada kami sedekah, maka kami memerintahkan untuk memberikan kepadamu darinya. Qabisah berkata; lalu Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai Qabisah sesungguhnya sedekah itu tidak halal kecuali bagi salah seorang dari tiga golongan; yaitu seorang laki-laki yang menahan tanggungan (di luar kemampuannya), maka halal baginya meminta-minta sehingga dia mendapatkannya yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, seorang laki-laki yang tertimpa musibah besar hingga habis hartanya, maka halal baginya meminta-minta, sampai dia mendapatkannya lalu ia berhenti dari meminta-minta. Dan seorang laki-laki yang terkena musibah kefaqiran hingga tiga orang dari kaumnya bersaksi seraya berkata: kefaqiran telah menimpa Fulan, maka halal baginya meminta-minta, sehingga ia mampu menegakkan kehidupannya kembali kemudian ia menahan diri dari meminta-minta. wahai Qabishah selain dari tiga golongan itu maka meminta-minta adalah haram. Keharaman yang menyebabkan pelakunya memakan dari barang yang haram."


Hadits Musnad Ahmad No. 11691


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ الْأَخْضَرِ بْنِ عَجْلَانَ حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَكَا إِلَيْهِ الْحَاجَةَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا عِنْدَكَ شَيْءٌ فَأَتَاهُ بِحِلْسٍ وَقَدَحٍ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَشْتَرِي هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ قَالَ مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَقَالَ مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ قَالَ هُمَا لَكَ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثٍ ذِي دَمٍ مُوجِعٍ أَوْ غُرْمٍ مُفْظِعٍ أَوْ فَقْرٍ مُدْقِعٍ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Al Akhdhar bin 'Ajlan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik; bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar datang kepada Nabi ﷺ mengeluhkan kebutuhan hidupnya, maka Nabi ﷺ pun bertanya kepadanya: "Apakah engkau tidak mempunyai sesuatupun?" beliau lalu membawa alas pelana kuda dan sebuah gelas, Nabi ﷺ kemudian bersabda: "Siapa yang ingin membeli ini?" seorang laki-laki berkata; "Aku berani membeli keduanya dengan satu dirham, " beliau bersabda: "Siapa yang ingin menambah?" orang-orang semuanya terdiam, beliau bersabda lagi: "Siapa yang ingin menambah?" seorang laki-laki berkata; "Aku akan membeli keduanya dengan dua dirham, " lalu beliau bersabda kepada laki-laki yang meminta sedekah tersebut: "Kedua dirham itu untukmu." Setelah itu beliau bersabda: "Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali tiga golongan; orang yang mendapat tanggungan membayar tebusan pembunuhan (dan ia tidak mempunyai kemampuan), orang yang terlilit hutang dan orang yang teramat fakir."





Friday, September 2, 2022

SAHIH MUSLIM - NO. 244 (167) - ISRA' RASULULLAH KE LANGIT, NABI MUSA (SEPERTI BANI SYANU'AH), NABI ISA (SEPERTI URWAH BIN MAS'UD), NABI IBRAHIM & MALAIKAT JIBRIL (DAHYAH)


كتاب الإيمان
Kitab Iman
The Book of Faith

باب الإِسْرَاءِ بِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى السَّمَوَاتِ وَفَرْضِ الصَّلَوَاتِ
Bab : Isra` Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ke langit 
Chapter: The night journey on which the messenger of Allah (saws) was taken up into the heavens and the prayers were enjoined

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ 
ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ 
عُرِضَ عَلَيَّ الْأَنْبِيَاءُ فَإِذَا مُوسَى ضَرْبٌ مِنْ الرِّجَالِ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَرَأَيْتُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَإِذَا أَقْرَبُ مَنْ رَأَيْتُ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ وَرَأَيْتُ إِبْرَاهِيمَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَإِذَا أَقْرَبُ مَنْ رَأَيْتُ بِهِ شَبَهًا صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ وَرَأَيْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام فَإِذَا أَقْرَبُ مَنْ رَأَيْتُ بِهِ شَبَهًا دَحْيَةُ 
وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ رُمْحٍ دَحْيَةُ بْنُ خَلِيفَةَ


Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Laits. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Abu az-Zubair dari Jabir 

bahawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

"Ditampakkan kepadaku para nabi, ternyata Musa adalah salah satu jenis laki-laki seperti laki-laki bani Syanu'ah, dan aku melihat Isa bin Maryam Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang telah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, Urwah bin Mas'ud. Dan aku melihat Ibrahim Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu sahabat kalian (maksudnya beliau sendiri). Dan aku melihat Jibril Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang pernah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu Dahyah." 

Dalam riwayat Ibnu Rumh, "Dahyah bin Khalifah."


Sumber : Muslim
Kitab : Iman
Bab : Isra` Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ke langit
No. Hadist : 244



It is narrated on the authority of Jabir that the Messenger of Allah (صلى الله عليه وسلم) said:

There appeared before me the apostles, and Moses was among men as if he was one of the people of Shanu'a, and I saw Jesus son of Mary (peace be upon him) and I saw nearest in resemblance with him was 'Urwa b. Mas'ud, and I saw Ibrahim (blessings of Allah be upon him) and I see your companions much in resemblance with him, i. e. his personality, and I saw Gabriel (peace be upon him) and I saw Dihya nearest in resemblance to him; but in the narration of Ibn Rumh it is Dihya b. Khalifa.


Reference : Sahih Muslim 167
In-book reference : Book 1, Hadith 330
USC-MSA web (English) reference : Book 1, Hadith 321 (deprecated numbering scheme)

***********************


*****************

https://almanhaj.or.id/3796-dihyah-bin-khalifah-al-kalbi-radhiyallahu-anhu-malaikat-jibril-menjelma-dalam-rupanya.html

RASULULLAH Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Beliau adalah Muhammad bin ‘Abdullah, bin ‘Abdul Muthallib, bin Hasyim. 

Hasyim adalah termasuk suku Quraisy, suku Quraisy termasuk bangsa Arab, sedang bangsa Arab adalah termasuk keturunan Nabi Isma’il, putera Nabi Ibrahim Al-Khalil. 

Semoga Allah melimpahkan kepadanya dan kepada Nabi kita sebaik-baik shalawat dan salam. 

Beliau berumur 63 tahun, diantaranya 40 tahun sebelum beliau menjadi nabi dan 23 tahun sebagai nabi dan rasul. Beliau diangkat sebagai nabi dengan “Iqra“[1], dan diangkat sebagai rasul dengan surah al-Mudatstsir. 

Tempat asal beliau adalah Makkah. Beliau diutus Allah untuk menyampaikan peringatan menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid. Dalilnya, firman Allah Ta’ala.

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ﴿١﴾قُمْ فَأَنْذِرْ﴿٢﴾وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ﴿٣﴾وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ﴿٤﴾وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ﴿٥﴾وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ﴿٦﴾وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

“Wahai orang yang berselimut ! Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Agungkanlah Tuhanmu. Sucikanlah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala-berhala itu. Dan janganlah kamu memberi, sedang kamu menginginkan balasan yang lebih banyak. Serta bersabarlah untuk memenuhi perintah Tuhanmu“. [al-Mudatstsir /74: 1-7] 

Pengertian. 

“Sampaikanlah peringatan“, ialah menyampaikan peringatan menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid. “Agungkanlah Tuhanmu“. Agungkanlah Ia dengan berserah diri dan beribadah kepada-Nya semata-mata.

 “Sucikanlah pakaianmu“, maksudnya ; Sucikanlah segala amalmu dari perbuatan syirik. 

“Tinggalkanlah berhala-berhala itu“, artinya : Jauhkan dan bebaskan dirimu darinya serta orang-orang yang memujanya. 


Beliaupun melaksanakan perintah ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun, mengajak kepada tauhid. 

Setelah sepuluh tahun itu beliau di mi’rajkan (diangkat naik) ke atas langit dan disyari’atkan kepada beliau shalat lima waktu. 

Beliau melakukan shalat di Makkah selama tiga tahun. Kemudian, sesudah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah. 

Hijrah, pengertiannya, ialah : Pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan Islami. Hijrah ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan umat Islam. Dan kewajiban tersebut hukumnya tetap berlaku sampai hari kiamat. Dalil yang menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu firman Allah Ta’ala. 

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴿٩٧﴾إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا﴿٩٨﴾فَأُولَٰئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan zhalim terhadap diri mereka sendiri[2], kepada mereka malaikat bertanya :’Dalam keadaan bagaimana kamu ini .? ‘Mereka menjawab : Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah). Para malaikat berkata : ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (kemana saja) di bumi ini ?. Maka mereka itulah tempat tinggalnya neraka Jahannam dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Akan tetapi orang-orang yang tertindas di antara mereka, seperti kaum lelaki dan wanita serta anak-anak yang mereka itu dalam keadaan tidak mampu menyelamatkan diri dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), maka mudah-mudahan Allah memaafkan mereka. Dan Allah adalah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun“. [an-Nisaa/4 : 97-99] 


Dan firman Allah Ta’ala. 

يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ

“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman ! Sesungguhnya, bumi-Ku adalah luas, maka hanya kepada-Ku saja supaya kamu beribadah“.[al-Ankabut/29 : 56] 

Al-Baghawi [3] rahimahullah, berkata :”Ayat ini, sebab turunnya, adalah ditujukan kepada orang-orang muslim yang masih berada di Makkah, yang mereka itu belum juga berhijrah. Karena itu, Allah menyeru kepada mereka dengan sebutan orang-orang yang beriman”. 

Adapun dalil dari Sunnah yang menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

لاَ تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ الْتَّوْبَةُ وَلاَ تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ حَتَّى تَطلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِ بِهَا

“Hijrah tetap akan berlangsung selama pintu taubat belum ditutup, sedang pintu taubat tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari barat“. [4] 


Setelah Nabi Muhammad menetap di Madinah, disyariatkan kepada beliau zakat, puasa, haji, adzan, jihad, amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta syariat-syariat Islam lainnya. 

Beliau-pun melaksanakan untuk menyampaikan hal ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun. 

Sesudah itu wafatlah beliau, sedang agamanya tetap dalam keadaan lestari. Baca Juga  Yang Ma'shum Hanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam Inilah agama yang beliau bawa : Tiada suatu kebaikan yang tidak beliau tunjukkan kepada umatnya dan tiada suatu keburukan yang tidak beliau peringatkan kepada umatnya supaya di jauhi. 

Kebaikan yang beliau tunjukkan ialah tauhid serta segala yang dicintai dan diridhai Allah, sedang keburukan yang beliau peringatkan supaya dijauhi ialah syirik serta segala yang dibenci dan tidak disenangi Allah. 

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diutus oleh Allah kepada seluruh umat manusia, dan diwajibkan kepada seluruh jin dan manusia untuk mentaatinya. 

Allah Ta’ala berfirman. 

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

“Katakanlah. ‘Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua“. [al-Araaf /7: 158] 

Dan melalui beliau, Allah telah menyempurnakan agama-Nya untuk kita, firman Allah Ta’ala. 

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini [5], telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan Aku lengkapkan kepadamu ni’mat-Ku serta Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu“. [al-Maaidah/5 : 3] 

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga wafat, ialah firman Allah Ta’ala. 

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ﴿٣٠﴾ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka-pun akan mati (pula). Kemudian, sesungguhnya kamu nanti pada hari kiamat berbantah- bantahan di hadapan Tuhanmu“. [Az-Zumar/39 : 30-31] 


Manusia sesudah mati, mereka nanti akan dibangkitkan kembali. Dalilnya firman Allah Ta’ala. 

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

“Berasal dari tanahlah kamu telah Kami jadikan dan kepadanya kamu Kami kembalikan serta darinya kamu akan Kami bangkitkan sekali lagi” [Tha-ha/20 : 55] 

Dan firman Allah Ta’ala. 

وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا ﴿١٧﴾ ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا

“Dan Allah telah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalamnya (lagi) dan (pada hari Kiamat) Dia akan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya“. [Nuh/71 : 17-18]


 Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan di hisab dan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan mereka, firman Allah Ta’ala. 

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

“Dan hanya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat buruk sesuai dengan perbuatan mereka dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik (surga)“.[an-Najm/53 : 31]

 Barangsiapa yang tidak mengimani kebangkitan ini, maka dia adalah kafir. Firman Allah Ta’ala. 

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakan : ‘Tidaklah demikian. Demi Tuhanku, kamu pasti akan dibangkitkan dan niscaya akan diberitakan kepadamu apapun yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah amat mudah bagi Allah“. [at-Taghaabun/64 :7] 


Allah telah mengutus semua rasul sebagai penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala. 

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ

“(Kami telah mengutus) rasul-rasul menjadi penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan supaya tiada lagi suatu alasan bagi manusia membantah Allah setelah (diutusnya) para rasul itu ..” [an-Nisaa/4 : 165] 


Rasul pertama adalah Nabi Nuh ‘Alaihissalam [6], Dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta beliaulah penutup para nabi. 

Dalil yang menunjukkan bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh ‘Alaihissallam, firman Allah Ta’ala. 

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ

“Sesungguhnya Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya ..” [an-Nisaa /4: 163] 


Dan Allah telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad, dengan memerintahkan mereka untuk beribadat kepada Allah semata-mata dan melarang mereka beribadah kepada thagut. 

Allah Ta’ala berfirman. 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul (untuk menyerukan) :’Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ..”. [an-Nahl/16 : 36] 


Baca Juga  Syubhat : Peringatan Maulid Nabi Dengan Alasan Sebagai Wasilah Berbagai Kebaikan Dengan demikian, Allah telah mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya supaya bersikap kafir terhadap thagut dan hanya beriman kepada-Nya. 


Ibnu Al-Qayyim [7] rahimahullah Ta’ala, telah menjelaskan pengertian thagut tersebut dengan mengatakan. 

اَلطَّا غُوْتُ : مَاتَجَا وَزَبِهِ الْعَبْدُ حَدَّهُ مِنْ مَعْبُوْدٍ، اَوْ مَتْبُوْعٍ، اَوْمُطَاعٍ

“Thagut, ialah setiap yang diperlakukan manusia secara melampui batas (yang telah ditentukan oleh Allah), seperti dengan disembah, atau diikuti atau dipatuhi“. 

Dan thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada lima : Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah. Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela. Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya. Orang yang mengaku tahu sesuatu yang ghaib, dan Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yang telah diturunkan oleh Allah. 

Allah Ta’ala berfirman. 


لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 

“Tiada paksaan dalam (memeluk) agama ini. Sungguh telah jelas kebenaran dari kesesatan. Untuk itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka dia benar-benar telah berpegang teguh dengan tali yang terkuat, yang tidak akan terputus tali itu. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui“. [al-Baqarah/2 : 256] 


Ingkar kepada semua thagut dan iman kepada Allah saja, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tadi, adalah hakekat syahadat “Laa Ilaaha Ilallah”. 


Dan diriwayatkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


رأسُ هَذَا الأَمرِ الإِسلامُ، وعَمُودُهُ الصلاةُ، وذُرْوَةٌ سَنَامِهِ الجِهَادُ في سَبِيلِ اللهِ


“Pokok agama ini adalah Islam [8], dan tiangnya adalah shalat, sedang ujung tulang punggungnya adalah jihad fi sabilillah“.[9] 


Hanya Allah-lah Yang Mahatau. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad kepada keluarga dan para sahabatnya. 


[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Dicetak dan Disebarkan oleh Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi]


 Footnote 


[1]. Yakni surah al-‘Alaq/96 : 1-5 

[2]. Yang dimaksud dengan orang-orang yang zhalim terhadap diri mereka sendiri dalam ayat ini, ialah orang-orang penduduk Makkah yang sudah masuk Islam tetapi mereka tidak mau hijrah bersama Nabi, padahal mereka mampu dan sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir supaya ikut bersama mereka pergi ke perang Badar, akhirnya ada diantara mereka yang terbunuh. 

[3]. Abu Muhammad Al-Husein bin Mas’ud bin Muhammad Al-Farra’ atau Ibnu Al-Farra’. Al Baghawi (436-510H – 1044-1117M). Seorang ahli dalam bidang fiqh, hadits dan tafsir. Di antara karyanya : At-Tahdziib (fiqh), Syarh As-Sunnah (hadits), Lubaab At-Ta’wiil fi Ma’aalim At-Tanziil (tafsir). 

[4]. Hadits Riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, jilid 4, hal. 99. Abu Dawud dalam Sunan-nya, kitab Al-Jihad, bab 2, dan Ad-Darimi dalam Sunan-nya, kitab As-Sam, bab 70 

[5]. Maksudnya, adalah hari Jum’at ketika wukuf di Arafah, pada waktu Haji Wada. 

[6]. Selain dalil dari Al-Qur’an yang disebutkan Penulis, yang menunjukkan bahwa Nabi Nuh adalah rasul pertama, di sana juga ada hadits shahih yang menyatakan bahwa Nabi Nuh adalah rasul pertama yang di utus kepada penduduk bumi ini, seperti hadits riwayat Al-Bukhari dalam Shahih-nya kitab Al-Anbiya, bab 3 dan riwayat Muslim dalam Shahih-nya kitab Al-Iman, bab. 84. 

[7]. Abu Abdillah : Muhammad bin Abu Bakar, bin Ayyub, bin Said, Az-Zur’i,Ad-Dimasqi, terkenal dengan Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah (691-751H – 1292 – 1350M). Seorang ulama yang giat dan gigih dalam mengajak umat Islam pada zamannya untuk kembali kepada tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah serta mengikuti jejak para Salaf Shalih. Mempunyai banyak karya tulsi, antara lain : Madaarij As-Salikin, Zaad Al-Ma’aad, Thariiq Al-Hijratain wa Baab As-Sa’aadatain, At-Tibyaan fi Aqwaam Al-Qur’aan, Miftah Daar As-Sa’aadah. 

[8]. Silahkan melihat kembali pengertian Islam yang disebutkan oleh Penulis (silakan baca Mengenal Islam) 

[9]. Hadits Shahih riwayat Ath-Thabarani dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu, dan riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami Ash-Shahih, kitab Al-Imaan, bab 8


Referensi: https://almanhaj.or.id/458-mengenal-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

Wednesday, August 31, 2022

SUNAN ABU DAUD 4077 (4699) - TABI’IN IBNU AD DAILAMI RAGU/KELIRU TENTANG TAKDIR



وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ الْقَدَرِ فَحَدِّثْنِي بِشَيْءٍ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُذْهِبَهُ مِنْ قَلْبِي
 قَالَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ عَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَلَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا لَدَخَلْتَ النَّارَ

قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَقَالَ مِثْلَ ذَلِكَ قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ فَقَالَ مِثْلَ ذَلِكَ قَالَ ثُمَّ أَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَحَدَّثَنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Abu Sinan dari Wahb bin Khalid Al Himshi dari Ibnu Ad Dailami ia berkata, "Aku mendatangi Ubay bin Ka'b, lalu aku katakan kepadanya,

"Ada sesuatu yang ragu dalam hatiku tentang perkara takdir, maka ceritakanlah kepadaku tentang sesuatu semoga Allah menghilangkan keresahan itu dari dalam hatiku." 

Ia menjawab, "Jika Allah menyeksa semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, maka itu bukanlah suatu kezaliman yang Dia lakukan atas mereka, dan sekiranya Dia memberikan rahmat kepada mereka, sesungguhnya rahmat-Nya adalah lebih baik dari amalan yang telah mereka lakukan. 
Jika engkau bersedekah dengan emas sebesar gunung uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan menerimanya hingga engkau beriman dengan takdir. 
Dan engkau mengetahui bahawa apa saja yang ditakdirkan menjadi bahagianmu tidak akan meleset darimu, dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bahagianmu tidak akan engkau dapatkan. 
Jika engkau meninggal bukan di atas keyakinan yang demikian ini, maka engkau akan masuk neraka." 

Ibnu Ad Dailami berkata, "Kemudian aku mendatangi Abdullah bin Mas'ud, lalu ia mengatakan seperti itu pula. Aku lalu mendatangi Hudzaifah Ibnul Yaman, lalu ia mengatakan seperti itu pula. Kemudian aku mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu ia menceritakan kepadaku sebuah hadits Nabi صلى الله عليه وسلم seperti itu pula."


Sunan Abu Daud
Versi Al-Alamiyah 4077
Versi Baitul Afkar Ad Dauliah 4699
Bab : Penjelasan tentang takdir
Kitab : Sunnah



I went to Ubayy b. Ka’b and said him : 

I am confused about Divine decree, so tell me something by means of which Allah may remove the confusion from my mind. 

He replied : were Allah to punish everyone in the heavens and in the earth. He would do so without being unjust to them, and were he to show mercy to them his mercy would be much better than their actions merited. Were you to spend in support of Allah’s cause an amount of gold equivalent to Uhud, Allah would not accept it from you till you believed in divine decree and knew that what has come to you could not miss you and that what has missed you could not come to you. Were you to die believing anything else you would enter Hell. 

He said : I then went to ‘Abd Allah b. MAs’ud and he said something to the same effect. I next went to Hudhaifah b. al-Yaman and he said something to the same effect. I next went to Zaid b. Thabit who told me something from the Prophet (May peace be upon him) to the same effect.


Reference : Sunan Abi Dawud 4699
In-book reference : Book 42, Hadith 104
English translation : Book 41, Hadith 4682

Grade: Sahih (Al-Albani)

حكم : صحيح (الألباني)     


https://sunnah.com/abudawud:4699

************************************




حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سِنَانٍ عَنْ وَهْبِ بْنِ خَالِدٍ الْحِمْصِيِّ عَنْ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ

وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ خَشِيتُ أَنْ يُفْسِدَ عَلَيَّ دِينِي وَأَمْرِي فَأَتَيْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ فَقُلْتُ أَبَا الْمُنْذِرِ إِنَّهُ قَدْ وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ فَخَشِيتُ عَلَى دِينِي وَأَمْرِي فَحَدِّثْنِي مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَنِي بِهِ فَقَالَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ كَانَ لَكَ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا أَوْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ تُنْفِقُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قُبِلَ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَأَنَّكَ إِنْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَأْتِيَ أَخِي عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَتَسْأَلَهُ فَأَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ فَسَأَلْتُهُ فَذَكَرَ مِثْلَ مَا قَالَ أُبَيٌّ وَقَالَ لِي وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَأْتِيَ حُذَيْفَةَ فَأَتَيْتُ حُذَيْفَةَ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ مِثْلَ مَا قَالَا وَقَالَ ائْتِ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَاسْأَلْهُ فَأَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ كَانَ لَكَ مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا أَوْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا تُنْفِقُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ كُلِّهِ فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَأَنَّكَ إِنْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ


Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Sulaiman ia berkata; aku mendengar Abu Sinan dari Wahb bin Khalid Al Himshi dari Ibnu Ad Dailami ia berkata, "Ada sesuatu yang mengganjal dalam jiwaku seputar takdir. Aku khawatir akan merusak agama dan urusanku, maka aku mendatangi Ubai bin Ka'ab. Aku bertanya kepadanya, "Wahai Abul Mundzir, ada sesuatu yang mengganjal dalam jiwaku seputar perkara takdir, aku khawatir akan merusak agama dan urusanku. Maka beritakan kepadaku sesuatu yang berkaitan dengannya, semoga Allah memberikan manfaat dengannya." Dia berkata, "Sekiranya Allah mengazab penghuni langit dan bumi, niscaya Dia akan mengazabnya, dan Dia tidak zalim kepada mereka. Sekiranya Dia memberi rahmat, niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan mereka. Jikalau kamu memiliki emas seperti gunung Uhud lalu engkau infaqkan di jalan Allah, maka itu tidak akan diterima hingga engkau beriman kepada takdir. Ketahuilah, sesungguhnya yang menjadi bagianmu tidak akan lepas darimu, dan sesuatu yang bukan milikmu maka tidak akan menjadi bagianmu. Sekiranya engkau meninggal dalam kondisi selain ini maka kamu akan masuk neraka. Tidak ada salahnya jika engkau datang kepada saudaraku, Abdullah bin Mas'ud, lalu engkau tanyakan kepadanya." Maka aku mendatangi Abdullah seraya menanyakan hal itu kepadanya, dan ia pun menyebutkan sebagaimana yang dikatakan oleh Ubai. Lalu ia berkata kepadaku, "Tidak ada salahnya jika engkau datang kepada Hudzaifah." Maka aku mendatangi Hudzaifah seraya menanyakan hal itu kepadanya. Lalu ia menjawab sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua." Hudzaifah berkata, "Datanglah kepada Zaid bin Tsabit dan tanyakan kepadanya." Maka akupun mendatangi Zaid bin Tsabit dan bertanya kepadanya, lalu ia menjawab, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, " Sekiranya Allah mengazab penghuni langit dan bumi, niscaya Dia akan mengazabnya, dan Dia tidak zalim kepada mereka. Sekiranya Dia memberi rahmat, niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan mereka. Jikalau kamu memiliki emas seperti gunung Uhud lalu engkau infaqkan di jalan Allah, maka itu tidak akan diterima hingga engkau beriman kepada takdir. Ketahuilah, sesungguhnya yang menjadi bagianmu tidak akan lepas darimu, dan sesuatu yang bukan milikmu maka tidak akan menjadi bagianmu. Sekiranya engkau meninggal dalam kondisi selain ini maka kamu akan masuk neraka."

SUNAN IBNU MAJAH
Versi Al-Alamiyah 74
Versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh 77
Bab : Takdir
Kitab : Iman



حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا أَبُو سِنَانٍ سَعِيدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ

لَقِيتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ فَقُلْتُ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ إِنَّهُ قَدْ وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ فَحَدِّثْنِي بِشَيْءٍ لَعَلَّهُ يَذْهَبُ مِنْ قَلْبِي قَالَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ لَهُمْ خَيْرًا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ أَنْفَقْتَ جَبَلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَلَوْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ ذَلِكَ لَدَخَلْتَ النَّارَ

قَالَ فَأَتَيْتُ حُذَيْفَةَ فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ وَأَتَيْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ فَقَالَ لِي مِثْلَ ذَلِكَ وَأَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَحَدَّثَنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ ذَلِكَ


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Abu Sinan Sa'id bin Sinan telah menceritakan kepada kami Wahab bin Khalid dari Ibnu Dailami berkata, "Aku berjumpa Ubay bin Ka'ab dan aku bertanya padanya, 'Wahai Abu Mundzir, sesungguhnya dalam hatiku ada sesuatu yang mengganjal dalam masalah takdir, ceritakanlah padaku sesuatu hingga bisa menghiburku! ' Ubay berkata, "Kalaulah Allah hendak menyiksa penduduk langit dan bumi pastilah Ia akan menyiksanya tanpa menzalimi mereka, bila Allah menyayangi mereka maka kasih sayangnya melebihi amal perbuatan yang mereka kerjakan. Jikalau engkau mensedekahkah emas sebesar gunung uhud di jalan Allah 'Azza wa Jalla, niscaya Allah tiada akan menerimanya darimu hingga kamu beriman dengan takdir-Nya, dan kamu tahu apa yang akan kamu dapatkan tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan kamu dapatkan. Jika kamu mati dalam keadaan tidak seperti itu, sungguh kamu akan masuk Neraka." Kemudian aku mendatangi Khudzaifah dan ia pun berkata demikian, lalu aku menemui Ibnu Mas'ud, ia pun berkata seperti itu, hingga aku mendatangi Zaid bin Tsabit, maka pun ia menceritakan yang semisal, dari Nabi ﷺ."

MUSNAD AHMAD
Versi Al-Alamiyah 20607
Versi Tidak tersedia 20607
Bab : Hadits Zaid bin Tsabit dari Nabi 
Kitab : Musnad sahabat Anshar



حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سِنَانٍ يُحَدِّثُ عَنْ وَهْبِ بْنِ خَالِدٍ الْحِمْصِيِّ عَنِ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ

وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ الْقَدَرِ فَأَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ غَيْرَ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ لَهُمْ خَيْرًا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ كَانَ لَكَ جَبَلُ أُحُدٍ أَوْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَأَنَّكَ إِنْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ


Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Sulaiman ia berkata, Aku mendengar Abu Sinan menceritakan dari Wahab bin Khalid Al Himshi dari Ibnu Ad Dailami berkata, "Suatu ketika aku mendapat musibah, lalu aku datang dan bertanya pada Zaid bin Tsabit Ia menjawab, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Sekiranya Allah akan menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Ia akan menyiksanya tanpa menzalimi mereka. Dan bila Allah menyayangi mereka maka kasih sayang-Nya melebihi amal perbuatan yang mereka kerjakan. Sekiranya engkau menginfakkan emas sebesar gunung uhud di jalan Allah 'Azza wa Jalla, niscaya Allah tiada akan menerimanya darimu hingga kamu beriman dengan takdir-Nya, dan kamu tahu bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan meleset, dan segala yang (ditakdirkan) meleset tidak akan menimpamu. Jika kamu mati dalam keadaan tidak seperti itu (beriman pada takdir), sungguh kamu akan masuk Neraka."


MUSNAD AHMAD
Versi Al-Alamiyah 20626
Versi Tidak tersedia 20626
Bab : Hadits Zaid bin Tsabit dari Nabi 
Kitab : Musnad sahabat Anshar


************************************************


https://almanhaj.or.id/23832-iman-kepada-takdir-membawa-sukses-dunia-akhirat-2.html

https://youtu.be/C-sxLOPqxmE

http://qaalarasulallah.com/hadith.php?ID=2&Rows=4&SID=5136&head=Sunan%20Abi%20Da%27ud%20[Narrated%20by%20%27Abdullah%20bin%20al-Dayli%20%D8%B9%D8%A8%D8%AF%20%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87%20%D8%A8%D9%86%20%D9%81%D9%8A%D8%B1%D9%88%D8%B2%20%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%8A%D9%84%D9%85%D9%8A]



Tuesday, December 14, 2021

MUSNAD AHMAD 3928 (I/435) - JALAN YANG LURUS/BENAR HANYA SATU


 

خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ 

قَالَ يَزِيدُ مُتَفَرِّقَةٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ 

{ إِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ }


Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dan telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Ashim bin Abu An Najud dari Abu Wa`il 

dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membuatkan kami satu garis kemudian beliau bersabda: "Ini adalah jalan Allah." Kemudian beliau menggaris beberapa garis dari sebelah kanan dan sebelah kirinya, lalu beliau bersabda: "Ini adalah banyak jalan." 

Yazid berkata; "Bermacam-macam, pada setiap jalan ada syaitan yang mengajak kepadanya, kemudian beliau membaca ayat: 

(Dan bahawa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Kerana jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya)."

Sumber : Ahmad
Kitab : Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits
Bab : Musnad Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu ta'ala 'anhu
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله تعالى عنه
No. Hadis : 3928 (I/435)

Hadis shahih diriwayatkan oleh Ahmad I/435, dan yang lainnya

*****************


HADIS PENGUAT



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ 

خَطَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ مُسْتَقِيمًا قَالَ ثُمَّ خَطَّ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ السُّبُلُ وَلَيْسَ مِنْهَا سَبِيلٌ إِلَّا عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ 

{ وَإِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ }


Telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dari 'Ashim dari Abu Wa`il 

dari Abdullah ia berkata, 

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah membuat garis dengan tangannya, lalu beliau mengatakan: "Ini adalah jalan Allah yang lurus." Kemudian beliau membuat garis di samping kanan dan kirinya seraya bersabda: "Ini adalah jalan-jalan, tidak ada satu jalan pun kecuali ada syaitan yang menyeru kepadanya." Kemudian beliau membaca ayat: 

' (Dan sesungguhnya ini adalah jalan-ku yang lurus maka ikutilah ia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain)) ' 

(Qs. Al An'aam: 153). 

Sumber : Ahmad
Kitab : Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis
Bab : Musnad Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu ta'ala 'anhu
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله تعالى عنه
No. Hadis : 4205



PENGUAT : HADIS AD DARIMI NO - 204


باب فى كراهية أخذ الرأى
Dimakruhkan menggunakan logika (akal)

أَخْبَرَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ بَهْدَلَةَ عَنْ أَبِي وَائِلٍ 


خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ تَلَا { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ }


Telah mengabarkan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Bahdalah dari Abu Wa`il 

dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: 

"Pada suatu hari Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus untuk kami, kemudian beliau bersabda: 'Ini adalah jalan Allah', kemudian beliau membuat garis-garis di sebelah kanan dan kirinya, seraya bersabda: 'Ini adalah jalan-jalan lain (yang tersedia), disetiap jalan tersebut ada syaitan yang mengajak untuk mengikutinya (jalan tersebut).lalu beliau membaca ayat: "(Inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah jalan tersebut. Dan, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain. Jika kalian mengikuti jalan-jalan tersebut, nescaya kalian semua akan terpisah dari jalanNya). 


***********


Chapter: Reliance on the Book and the Sunnah - Section 2
كتاب الإيمان
Faith


وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ: «هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ وَقَالَ هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ» ثمَّ قَرَأَ (إِن هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبعُوهُ) الْآيَة. رَوَاهُ أَحْمد وَالنَّسَائِيّ والدارمي


‘Abdallah b. Mas'ud told how God’s messenger drew a line for them and then said, “This is God’s path.” Thereafter he drew several lines on his right and left and said, “These are paths on each of which there is a devil who invites people to follow it.” And he recited, 

“And that this is my path, straight; follow it...” 1 

Ahmad, Nasa’I and Darimi transmitted it. 

1 Quran iv, 153.


Grade: Isnād Hasan (Zubair `Aliza'i) إسنادہ حسن (زبیر علی زئی) حكم :
Reference : Mishkat al-Masabih 166
In-book reference : Book 1, Hadith 160


The Book of the Sunnah


(1)
Chapter: Following the Sunnah of the Messenger of Allah (saws)
(1)
باب اتِّبَاعِ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ


حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ، قَالَ سَمِعْتُ مُجَالِدًا، يَذْكُرُ عَنِ الشَّعْبِيِّ، 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ 

كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ فَخَطَّ خَطًّا وَخَطَّ خَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ وَخَطَّ خَطَّيْنِ عَنْ يَسَارِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ فِي الْخَطِّ الأَوْسَطِ فَقَالَ ‏"‏ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ‏"‏ ‏.‏ ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الآيَةَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}‏ ‏.‏


Jabir bin 'Abdullah said that:
We were with the Prophet (صلى الله عليه وسلم), and he drew a line (in the sand), then he drew two lines to its right and two to its left. Then he put his hand on the middle line and said : 'This is the path of Allah. Then he recited the Verse: And verily, this (i.e. Allah's Commandments) is My straight path, so follow it and follow not (other) paths, for they will separate you from His path..."


Grade: Da'if (Darussalam)

Reference : Sunan Ibn Majah 11
In-book reference : Introduction, Hadith 11
English translation : Vol. 1, Book 1, Hadith 11



https://youtu.be/UXBn3MA8fcY
https://almanhaj.or.id/25739-hanya-satu-jalan-menuju-allah-azza-wa-jalla-2.html
https://muslim.or.id/25459-jalan-kebenaran-hanya-satu-1.html
https://muslim.or.id/25533-jalan-kebenaran-hanya-satu-2.html
https://rumaysho.com/23184-faedah-surat-an-nuur-39-mencari-jalan-yang-lurus.html
https://rumaysho.com/18693-faedah-surat-yasin-jalan-lurus-vs-jalan-setan.html
https://islamqa.info/en/answers/12053/guidance-is-in-the-hand-of-allah
https://islamqa.info/en/answers/90112/who-are-the-saved-group

Friday, December 10, 2021

DEFINISI/MAKSUD AQIDAH/AKIDAH

DEFINISI AQIDAH

Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa, berasal dari kata al-'aqd (اَلْعَقْدُ), iaitu ikatan, memintal, menetapkan, menguatkan, mengikat dengan kuat, berpegang teguh, yang dikuatkan, meneguhkan; dan di antaranya yakin dan keteguhan.

Al-'aqd lawannya adalah al-hall (terurai). Dikatakan: "' Aqadahu ya'qiduhu 'aqdan, di antaranya 'uqdatul yamiin wan nikaah (akad sumpah dan nikah).


Allah تَبَارَكَ وَتَعَالَى berfirman :

لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ......
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja.........."
(QS. Al-Maa-idah: 89)

Aqidah adalah hukum yang tidak menerima keraguan di dalamnya bagi orang yang meyakininya. 'Aqidah dalam agama, maksudnya adalah keyakinan tanpa perbuatan, seperti keyakinan tentang keberadaan Allah عَزّوَجَلّ dan diutusnya Rasul. Dan bentuk jamak (plural)nya adalah 'aqaa-id.[1]

[1] Lihat kamus-kamus bahasa: Lisaanul 'Arab, al-Qaamuus al-Muhiith, al-Mu'jamul Wasiith, topik عَقَدَ

**********

Ringkasnya, apa yang diyakini oleh hati manusia secara kukuh, maka itu adalah keyakinan, baik yang hak mahupun batil.

Menurut istilah, 'aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tenteram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.

Ertinya, keimanan kukuh yang tidak dapat ditembus oleh keraguan bagi orang yang meyakininya, dan keimanan tersebut wajib selaras dengan kenyataan, tidak menerima keraguan dan dugaan. Jika ilmu tidak sampai pada darjat keyakinan yang kuat, maka tidak boleh disebut 'akidah.

Disebutkan akidah kerana manusia mempertalikan hatinya kepadanya.

Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang kukuh kepada Rububiyyah Allah عَزّوَجَلّ, Uluhiyyah-Nya, serta Asma' dan Shifat-Nya, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, qadar yang baik dan buruknya, semua yang ada dasarnya berupa perkara-perkara ghaib, ushuluddin (pokok-pokok agama), apa yang menjadi kesepakatan Salafush Shalih, dan ketundukan kepada Allah secara paripurna (sempurna/menyeluruh) dalam perintah, hukum, dan ketaatan, serta ittiba' (mengikuti) Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Aqidah Islamiyyah, jika disebut secara mutlak, ia adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah; kerana itulah Islam yang diredhai oleh Allah عَزّوَجَلّ sebagai agama bagi hamba-hamba-Nya. Ia adalah aqidah tiga generasi terbaik, iaitu para sahabat, Tabi'in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Aqidah Islamiyyah memiliki nama-nama lain menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah sebagai sinonimnya dan menunjukkan pada pengertian tersebut, di antaranya at-tauhid, as-sunnah, ushuluddin, al-fiqhul akbar, asy-syariah, al-iman.

Ini semua adalah sebutan paling masyhur yang diberikan Ahlus Sunnah terhadap ilmu aqidah.


الوَجِيْزُ فى عقيدة السلف الصالح اهل السنة والجماعة

AKIDAH SALAF 

AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH

[ ABDULLAH BIN ABDIL HAMID AL-ATSARI ]


https://bushraniaga.com/aqidah-salaf-aswj 

Monday, December 6, 2021